"Saat itu jam istirahat mengaji, saya bersepeda ke rumah dan kembali lagi, tapi ada dua orang panggil-panggil saya," cerita Adi Yama Deski, kepada detiksurabaya.com di rumahnya, Jumat (18/06/2010).
Sesaat setelah menghampiri kedua orang tersebut, Adi lalu diberi sebungkus roti. Dan saat itu juga roti itu langsung dimakannya. Namun siapa sangka roti yang biasa dijumpai di warung-warung tersebut telah ditaburi obat bius.
Adi baru sadarkan diri pada keesokan pagi harinya. Adi pingsan selama kurang lebih 12 jam, setelah ia dibius. Ia terbangun sudah berada di sekitaran Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, atau sekitar 45 kilometer arah utara dari rumahnya.
Diduga, setelah pingsan tubuh Adi diangkat dan diletakan dibak truk bersama sepeda anginnya. Selanjutnya truk oleh penculik dipacu menuju ke arah Situbondo.
"Saya bangun sudah di tepi jalan raya, dekat Pelabuhan Ketapang," ungkap Adi.
Saat bangun, didekat Adi ada sebuah truk fuso berwarna coklat yang parkir di sisi kiri jalan, serta dua orang laki-laki yang memberinya roti. Selain itu, sepeda Federal kesayangannya juga berada di dekatnya.
Tanpa sepatah kata, kedua orang yang diduga penculik tersebut akhirnya meninggalkan korban dengan memacu truknya ke arah Situbondo. Sedangkan Adi akhirnya menaiki sepeda anginnya untuk pulang kerumahnya.
"Setelah mereka pergi dan tak terlihat lagi, saya langsung naik sepeda dan pulang," tandas siswa SD Negeri 1 Tampo, ini.
Korban juga sempat mengingat nomer polisi truk penculiknya. Sayangnya yang ia ingat hanya angka ini saja, 9820. Sedangkan huruf yang ada didepan dan akhir nomer polisi tersebut, ia lupa mencatat dalam ingatannya.
Setelah menempuh perjalanan sejauh 45 kilometer, akhirnya Adi berhasil pulang ke rumahnya dengan selamat. Kedatangan korban saat itu membuat heboh warga sekitar.
Warga penasaran dengan cerita Adi selama dalam penculikan. Mereka heran bagaimana bisa Adi mampu menempuh perjalanan pulang sejah 45 kilometer dengan sepeda anginnya. Terlebih Adi tidak hafal dengan jalur arah pulang.
"Yang penting dia selamat, mudahan tidak terjadi pada anak yang lain," harap seorang kakek yang berkunjung ke rumah Adi.
(bdh/bdh)