Derita Widarti dengan Benjolan Besar di Leher

Derita Widarti dengan Benjolan Besar di Leher

- detikNews
Minggu, 13 Jun 2010 14:15 WIB
Tuban - Nasib memilukan menimpa Widarti (22), asal Dusun Jarum, Desa Prunggahan Kulon, Kecamatan Semanding, Tuban. Widarti menderita kanker di bagian leher yang ditandai dengan muncul benjolan besar. Namun Widarti tak mampu berobat ke rumah sakit, karena keterbatasan ekonomi keluarganya.

Kini benjolan yang kian membesar di leher bagian kanan itu menyulitkan dirinya. Untuk menelan makanan dan meminum air saja sudah terasa sakit. Belakangan benjolan berwarna kemerahan itu mulai mengeluarkan darah.

"Saya sudah tak sanggup lagi berobat Pak, sakit sekali rasanya kalau dipakai minum dan menelan makanan," kata Widarti saat ditemui wartawan di rumahnya di Dusun Jarum, Desa Prunggahan Kulon, Kecamatan Semanding, Tuban, Minggu (13/6/2010).

Widarti mengungkapkan awalnya sakitnya hanya berupa benjolan kecil seperti kutil pada sekitar 2,5 tahun silam. Ketika itu, ia baru saja menikah dengan Danu Triono (23), asal Desa Widengan, Kecamatan Semanding. Pasutri ini tinggal bersama keluarga Tamsir (60), ayah Widarti di rumah sederhana bersama empat saudara Widarti, di Dusun Jarum.

Begitu benjolan berkembang hingga sebesar ibu jari, Widarti bersama suaminya periksa ke RSUD dr R Koesma, Tuban. Di rumah sakit milik Pemkab Tuban ini, mereka disarankan memeriksakan penyakitnya ke RSU Dr Soetomo Surabaya. Selang beberapa hari, mereka berangkat ke Surabaya. Hingga akhirnya, pada awal tahun 2008 lalu, Widarti menjalani operasi di rumah sakit milik Pemprov Jatim itu.

"Tapi dalam operasi tersebut benjolan ini hanya diambil sedikit, tidak diangkat semuanya. Katanya untuk sample saja," ungkap anak ketiga dari lima bersaudara ini.
   
Dari bagian yang telah diambil tersebut, pihak dokter menyatakan bahwa kangker yang diderita Widarti tidak berbahaya. Tapi anehnya, sepulang dari rumah sakit kondisi penyakit Widarti semakin parah. Selain terus membesar, benjolan berwarna kemerah-merahan tersebut juga mengeluarkan semacam cairan dan terkadang mengeluarkan darah.
   
Semakin hari, penyakit yang dideritanya semakin parah. Selain harus setiap waktu menyangga benjolan yang semakin besar, ia juga harus membawa kain kemana-mana untuk mengusap cairan yang keluar dari benjolan tersebut. 
   
Selang beberapa bulan, ia kembali ke rumah sakit dengan maksud untuk meminta dioperasi. Tapi, dokter menyatakan bahwa Widarti tidak bisa dioperasi selama kondisi tubuhnya tidak fit. Merekapun terpaksa kambali pulang sambil menunggu kesehatan Widarti sampai siap untuk dioperasi.
   
Tapi semakin hari, kesehatan Widarti makin buruk dengan penyakit yang dideritanya itu. Hingga kini dirinya tidak pernah kembali ke rumah sakit untuk menjalani operasi seperti yang diinginkan.
   
Selama berobat ketika itu, keluarga sederhana ini menggunakan pelayanan kartu Jamkesmas. Namun, Jamkesmas yang dimiliki keluarga Danu saat  ini sudah tidak berlaku lagi.

"Saya tidak tahu kenapa, setelah masa berlakunya habis, kami tidak mendapatkan kartu Jamkesmas lagi," ujar Widarti.
   
Pihak keluarga rencananya ingin kembali ke rumah sakit untuk melakukan operasi terhadap penyakit Widarti. Tapi, keterbatasan ekonomi menjadikan keinginan tersebut tertunda. Maklum, Danu hanya bekerja sebagai sales air mineral yang pendapatanya tidak seberapa.

Berbagai upaya telah dilakukan termasuk pengobatan alternatif. Sayangnya, kondisi Widarti belum juga ada perubahan membaik, bahkan benjolannya makin membesar dan mengeluarkan air dan darah.
(wln/wln)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.