"Tidak ada kecolongan. Siapa bilang kecolongan. Kalau kecolongan berarti saat kejadian tidak ada polisi. Saat kejadian kita sudah menerjunkan 230 personel," kata Kapolda Jatim, Irjen Pol Pratiknyo, kepada wartawan di Mapolresta Mojokerto, Jalan Bhayangkara, Jumat (21/5/2010).
Meski mengelak dikatakan kecolongan, namun pengunjuk rasa melawan petugas yang menghadang dengan bom molotov yang tidak diketahui sebelumnya oleh polisi. Bahkan, dengan molotov, pendemo juga membakar 15 mobil yang berada di halamam gedung DPRD dan Pemkab Kabupaten Mojokerto.
Sementara, ksi anarkis yang dilakukan oleh 150 orang dari Lembaga Pemberdayaan Rakyat (LPR) sangat disayangkan oleh pengamat politik yang juga Dosen Pasca Sarjana Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga, Haryadi.
"Ini bukan sekedar kecolongan, tapi pantas dipertanyakan. Kenapa dari awal kesannya seperti ada proses pembiaran," kata Haryadi saat berbincang dengan detiksurabaya.com.
Haryadi menambahkan, kerusuhan di halaman Gedung DPRD Kabupaten Mojokerto, muncul bukan atas inisiatif sendiri, tapi polanya termobilisasi.
"Apalagi dengan persiapan bom molotov. Itu betul-betul sudah dipersiapkan. Ini tragedi demokrasi," jelasnya.
(roi/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini