Umumnya wisatawan transit sekitar 1 jam itu dan melihat dari dekat semburan lumpur. Pasalnya, selama ini mereka hanya mengetahui mengenai semburan lumpur dari media massa. Para wisatawan asing atau domestik ini penasaran kemudian melihat dengan mata sendiri.
"Sebagian besar dari mereka minta berhenti sementara di sekitar lumpur untuk melihat lumpur dari dekat. Setelah itu wisatawan melanjutkan perjalanannya," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim, Djoni Irianto saat dihubungi detiksurabaya.com, Kamis (4/3//2010)
Djoni menjelaskan semburan lumpur memang menjadi obyek wisata dadakan bagi Jatim yang umumnya karena permintaan dari wisatawan. Namun hingga kini pemerintah masih belum menentukan apa semburan lumpur itu menjadi salah satu obyek wisata di Jatim.
Pasalnya, kalau menjadikan sebuah wilayah menjadi obyek wisata maka harus mempertimbangkan banyak hal antara lain keselamatan dan kenyamanan pengunjung yang harus diperhatikan. Sementara di lumpur Sidoarjo, kedua aspek itu tidak bisa dipenuhi.
"Keamanan dan kenyamanannya sangat kecil dan lumpur bukan merupakan obyek wisata Jatim atau pun ikon Jatim," tambahnya,
Disparta Jatim memang menuruti permintaan wisatawan dengan pertimbangan kunjungan tersebut bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar lumpur. Pendapatan masyarakat bisa meningkat dari sektor parkir atau penjualan souvenir khas lumpur. (stv/wln)