Pasutri ini kehilangan buah hati mereka. Diduga kematian anak pasutri ini karena keteledoran bidan yang menangani persalinan Vieandy.
Informasi yang dihimpun detiksurabaya.com, Vieandy akan melahirkan pada Senin (15/2/2010) lalu, saat itu keluarga memanggil Juhairia, bidan desa setempat.
Juhairia menangani proses persalinan tersebut, namun hingga Selasa (16/2/2010) ternyata Vieandy belum juga melahirkan anaknya. Merasa kesulitan, Juhairia meminta bantuan kepada Nurul, bidan yang bertugas di Desa Gunung Malang.
Namun, upaya dua bidan ini juga tidak membuahkan hasil. Keduanya meminta bantuan kepada Heppy salah satu bidan di Kecamatan Suboh, yang juga sebagai ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kecamatan Suboh, ketiga bidan ini akhirnya menangani pasien.
Upaya yang dilakukan tiga bidan ini boleh dibilang setengah berhasil alias bisa mengeluarkan bayi dalam kandungan ibunya. Namun sayang, ternyata bayi Vieandy terlahir dalam kondisi tak bernyawa.
Kondisi itu membuat keluarga merasa kecewa, selain harus membayar biaya persalinan sebesar Rp 650 ribu, karena pasien memiliki jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) keluarga mendapat potongan biaya sebesar Rp 200 ribu.
Sebenarnya pihak keluarga sudah meminta kepada para bidan itu untuk merujuk Vieandy ke rumah sakit atau puskesmas Besuki, namun keinginan itu tidak diperbolehkanbidan.
"Kata bidannya tidak usah dibawa ke rumah sakit karena masih bisa ditangani. Tidak tahunya seperti ini, seandainya dirujuk mungkin bayi itu akan selamat," ungkap Ny Sugik, ibunda Vieandy kepada detiksurabaya.com, Rabu (17/2/2010).
Pernyataan keluarga ini dibantah keras sang bidan yang bernama Juhairia, pihaknya justru menerangkan kondisi kesehatan Vieandy yang sebenarnya, namun pihak keluaraga tetap menginginkan Vieandy melahirkan dirumahnya.
"Kami sudah menerangkan kondisi pasien, namun keluarga bersikokoh untuk melahirkan di rumahnya," ungkap Juhairia.
Kejadian itu disesalkan dr Pitoyo kepala Puskesmas Suboh. Menurutnya, seharusnya bidan lebih paham dengan kondisi pasien, jika memang tidak mungkin melahirkan secara normal segera di rujuk ke puskesmas atau rumah sakit.
"Bidan jangan mau diatur keluarga maupun pasien, kalau memang perlu dirujuk ya harus dilakukan, bukan justru mengiyakan keinginan keluarga atau memaksakan diri agar pasien melahirkan dengan normal," tutur Pitoyo saat dihubungi detiksurabaya.com.
(wln/wln)