Kecam Korupsi SLG, Warga Kediri Kibarkan CD dan Bra

Kediri - Sedikitnya 500 massa gabungan dari sejumlah LSM yang mengatasnamakan sebagai Forum Koalisi Masyarakat Kediri (FKMK) menggelar aksi demonstrasi, mengecam dugaan korupsi pada pembangunan monumen Simpang Lima Gumul (SLG). Sebagai bentuk kekecewaan, mereka mengibarkan celana dalam (CD) dan bra.

Aksi massa ini dilakukan di area SLG dengan didahului upacara bendera singkat. Pada saat itulah, massa mengibarkan masing-masing 4 CD dan bra untuk selanjutnya dihormati layaknya bendera merah putih.

"CD dan bra kan penutup kemaluan. Ini kami ambil sebagai simbol, kalau memang penegak hukum sudah tidak bisa menegakkan hukum secara baik, kenapa kemaluannya ditutupi, karena sama artinya mereka sudah tidak punya malu," koordinator aksi Zamroni kepada wartawan di sela-sela aksi, Senin (14/12/2009).

Dipilihnya CD dan bra sebagai atribut dalam aksi demonstrasi, diakui sebagai simbol yang menggambarkan telah hilangnya rasa malu pada penegak hukum. Massa demonstran menganggap aparat penegak hukum sudah tidak sepatutnya mengenakan CD dan bra karena dianggap tidak lagi memiliki rasa malu dengan memperjualbelikan perkara.

Terkait dugaan korupsi pembangunan monumen SLG, Zamroni menganggap proses pengungkapannya terjadi sangat lambat. "Bukti sudah jelas dan penyidikan yang lalu sudah ada 4 tersangka, tapi kenapa tidak segera dilanjutkan. Kami menganggap tersangka sebenarnya masih bisa bertambah, kenapa tidak segera dilakukan," ungkapnya.

Usai menggelar aksinya di area SLG, ratusan massa juga berencana melakukan long march menuju halaman Kantor Bupati Kediri di Jalan Soekarno-Hatta. Mereka juga akan mendatangi Gedung DPRD yang berada 1 kompleks dengan Kantor Bupati, untuk menyerahkan petisi pemberantasan korupsi kepada Presiden SBY dan DPR RI.

"DPRD kami anggap bisa mewakili apa yang ingin kami sampaikan ke Presiden SBY dan DPR RI, karena lembaga ini sifatnya kolegial," ujar Zamroni.

Terpisah, KBO Satuan Samapta Polres Kediri Iptu Sokib, dikonfirmasi mengenai aksi pengibaran CD dan bra sebagai bendera mengaku sangat menyesalkannya. Meski demikian pihaknya mengaku tidak bisa melakukan pembubaran, karena aksi tersebut diluar koridor hukum.

"Ya nggak etis saja lha mas, karena kalau kita balikkan itu juga kan barang-barang mereka sendiri," ujar Sokib.

(bdh/bdh)