Para pasien tidak hanya datang dari warga sekitar, melainkan dari Kota Pamekasan dan sekitarnya. Bahkan tiap hari pasaran (Pasar Kecamatan Gapura hari Selasa dan Sabtu) bisa mencapai 15 orang yang antre.
Semua pasien tujuannya sama yakni menggugurkan kandungan. Mereka tidak hanya dari wanita yang hamil di luar nikah melainkan pasutri yang belum menginginkan kehadiran sang jabang bayi.
IA mengaku tiap hari selalu ada pasien yang melakukan aborsi. Sehingga, dukun yang dianggap tua dan pandai ini jarang keluar rumah. Alasannya, kasihan tamu-tamu yang sudah datang jauh-jauh jika tidak bertemu dengan sang dukun.
"Kalau bersamaan dengan hari pasaran kecamatan, banyak yang antre. Minimal sampai 15 orang," kata IA kepada wartawan di rumahnya Desa Gapura Barat, Kecamatan Gapura, Kabupaten Sumenep, Senin (23/11/2009).
Selama melakukan praktek aborsi, kata dia, belum ada kejadian yang fatal atau pasien yang meninggal di tempat, sehingga selama buka praktek 5 tahun lalu tidak memiliki kasus yang berkaitan dengan hukum.
Bagi pasien yang proses jabang bayinya langsung keluar saat dilakukan proses pemijatan, maka gumpalan darah segar atau yang sudah berbentuk janin itu tetap dibungkus dengan kain putih sebagai penghormatan layaknya bayi meninggal.
"Gumpalan darah atau janen itu dibawa pulang oleh pasien. Tentunya, dikubur dengan cara yang benar menurut agama," terangnya.
IA pun mematok harga Rp 25 ribu sekali datang dan bagi warga kurang mampu dirinya hanya mematok Rp 15 ribu. Proses pemijatan yang dilakukan aman pada sang ibu yakni dengan cara dimulai memijat di sebelah atas perut dan secara perlahan diturunkan ke bawah. Selanjutnya dari bagian bawah didorong ke atas. Begitu pun selanjutnya hingga benar-benar sudah merata.
"Kalau pasien kuat dan jabang bayinya belum sampai 3 bulan, prosesnya lebih cepat. Jika proses aborsinya sulit, maka proses pemijatan dilakukan hingga 3 kali. Lalu, gumpalan darah segar akan keluar dengan sendirinya," ungkapnya. (fat/fat)