Seperti praktek aborsi yang dilakukan dukun bayi di Desa Gapura Barat Kecamatan Gapura, Kabupaten Sumenep, Madura. Tanpa memeriksa kesehatan atau tensi, sang dukun bayi langsung memijat perut seorang ibu yang berusia 3 bulan. Padahal jika ada permintaan aborsi yang datang ke dokter, beberapa persyaratan pun harus dipenuhi.
Sebut saja IA (65). Wanita yang dikaruniai 1 anak dan 2 cucu ini dengan mudah memijat dan mengeluarkan janin yang sudah dikandung oleh seorang ibu. Sekitar 20-30 menit proses pemijatan, perut sang ibu sudah mengempes.
Dari proses pijatan itulah, sang ibu lambat laun akan mengeluarkan darah segar yang menandai hilangnya nyawa jabang bayi. Lalu, si wanita disodori minuman dingin dan bercampur alkohol.
Perlahan-lahan rasa sakit perut sang ibu akan terasa. Lebih-lebih setelah pulang ke rumahnya. Hal itu dibarengi dengan keluarnya gumpalan darah dari kemaluannya. Namun bagi yang baru terlambat bulan, prosesnya lebih cepat dan rasa sakitnya lebih ringan.
Dugaan praktek aborsi di rumah IA berlangsung sejak 5 tahun lalu atau sejak IA berusia 30 tahun. Dia mengaku sebelum menjadi dukun bayi, IA menjadi petani yang sehari-hari menggarap jagung dan kacang-kacangan. Namun suatu saat dirinya bermimpi yang menunjukkan sesuatu jika mempunyai kemampuan untuk menjadi dukun aborsi.
"Berawal dari mencoba itulah ternyata saya mampu menjadi dukun aborsi," kata IA kepada wartawan di kamar prakteknya seraya mewanti-wanti namanya tidak disebut, Senin (23/11/2009).
Kemampuan menjadi dukun aborsi pun bersambut yang dibuktikan dengan banyaknya pasien. "Hasilnya mendekati sesuai dengan harapan pasien," ungkapnya.
Dia juga memastikan jika risiko yang akan dialami sakit perut dan akan mengeluarkan gumpalan darah segar. Namun, untuk tingkat kematian sang ibu potensinya sangat kecil, sebab proses pemijatan dilakukan berulang kali bagi kandungan yang sudah berumur 3 bulan.
"Kalau umur kandungannya sudah 3 bulan, minimal 3 sampai 4 kali proses pijatan. Semuanya akan berjalan lancar," tuturnya. (fat/fat)