Salah satunya dengan menggelar karapan sapi di lapangan desa setempat. Karapan sapi kali ini berbeda dengan lomba yang biasa dilakukan saat perebutan piala bergilir Presiden RI.
Setiap pemilik karapan sapi dilepas dari garis start tanpa diadu di lapangan sepanjang
100 meter. Setelah itu secara bergantian dengan memperkenalkan maksud dan tujuan kepada penonton. Para pemilik sapi menari bersama dengan iringan musik saronen.
Di sela-sela menari bersama itulah permohonan hujan diucapkan dengan menggunakan bahasa Madura. Ritual itu berlangsung sekitar 5 jam dan sebagai pamungkas dari ritual itu sapi diadu tanpa hadiah.
"Karapan sapi milik warga ini tanpa dilomba. Tujuannya memohon agar cepat hujan,"
kata Ridwan pada detiksurabaya.com dil apangan Desa Juruan Laok, Sumenep, Sabtu
(7/11/2009)
Ritual khusus mengharap hujan, sambungnya, marak dilakukan pemilik sapi karapan setiap tahun bila sampai November tidak turun hujan. "Ini budaya yang dipertahankan warga di sini," pungkasnya.
(wln/wln)