Kontes sapi sonok memang berbeda dengan kerapan sapi yang lebih menyuguhkan kecepatan lari sapi dalam arena pacuan. Sapi sonok lebih menyuguhkan pada kemolekan warna sapi dan keindahan lingkar pinggang sapi. Sapi sonok memang menampilkan sapi betina. Sapi jantan dilarang ikut kontes sapi sonok.
Ketua Paguyuban Peternak Sapi Sonok, H. Zainuddin mengatakan kontes sapi sonok bisa dipersonifikasikan sebagai peragaan peragawati di atas catwalk. Sebelum tampil di arena sepanjang 50 meter, sepasang sapi sonok dihias aneka pernak dan pernik berwarna-warni.
Aneka hiasan itu, mulai dari mahkota di ujung tiang kayu panongkok, sampai rompi bertahtakan manik-manik warna keemasan. Bahkan, sejumlah pemilik sapi sonok melengkapi sapinya dengan gelang kaki. Tak tanggung-tanggung, gelang kaki yang dipasang di kedua kaki depan sapi itu, terbuat dari emas.
"Karena bangga dengan sapi sonok miliknya, para pemilik saling bersaing untuk menghias sapinya sacantik-cantiknya," jelas H. Zainuddin kepada detiksurabaya.com di arena Kontes Sapi Sonok 2009 di halaman Kantor Bakorwil Madura, Sabtu (24/10/2009).
Saat berjalan di arena kontes, sepasang sapi sonok itu diiringi grup penabuh musik saronen, musik tradisional khas Madura. Iringan musik tradisional itu, membuat penarik tali kendali sapi sonok ikut menari mirip tarian Ngremo ala Kartolo.
Pada saat dilepas dari garis start, sepasang sapi sonok dikendalikan dengan tali tampar yang sangat panjang. Tali kendali itu memiliki panjang 10 meter. "Tali kendali yang sangat panjang itu, dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada sapi sonok berlenggak-lenggok menampilkan kecantikannya kepada pengunjung," jelas Zainuddin.
Zainuddin yang dikenal sebagai peternak sapi ras Madura cukup sukses itu, tercatat sebagai salah satu penggagas tradisi sapi sonok. Zainuddin mengaku, kontes sapi sonok seperti ajang festival dan pemiliknya bukan semata-mata mengejar juara.
"Bisa menampilkan sapi sonok di ajang kontes seperti di Bakorwil ini, sudah memberikan kebahagiaan yang tinggi bagi pemilik sapi sonok," jelas Zainuddin.
Menurut Zainuddin, kontes sapi sonok digelar bertujuan memelihara kelangsungan hidup sapi ras asli Madura. Sebab, belakangan ini sapi madura telah dikawin-silngkan dengan sapi Limosin, yang kini dikenal dengan nama sapi Madrasin.
Selain itu, acara kontes sapi sonok ini dimaksudkan untuk mendongkrak harga sapi. "Jika telah tampil di kontes sapi sonok, maka harga sapi-sapi ini terdongkrak cukup tinggi," katanya.
Harga sapi sonok bisa mencapai Rp 50 juta per ekor. Padahal, harga bibitnya hanya Rp 4 juta. Sapi bibit berumur 8 bulan. Sedangkan sapi yang tampil di kontes sapi sonok, rata-rata berumur 4 tahun sampai 5 tahun.
Untuk mendapatkan sapi sonok yang molek, Zainuddin harus mengeluarkan ongkos yang cukup besar. Menurut Zainuddin, Setiap pemilik sapi sonok bisa dipastikan mengeluarkan biaya perawatan sampai Rp 1 juta per pasang. Ongkos ini termasuk upah perawat sapi.
"Meski terbebani biaya perawatan yang cukup mahal, tapi kami puas saat melihat sapi sonok tampil di arena kontes. Apalagi kemudian ada calon pembeli yang menawari sapi sonok dengan harga di atas Rp 30 juta," kata Zainuddin sambil tersenyum.
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini