"Masinis trauma terhadap kerbau, karena sering kali terjadi kecelakaan disebabkan oleh kerbau. Akibatnya loko menabrak," kata Kepala Teknis Daops VIII, Nurkholis kepada detiksurabaya.com di sela-sela proses evakuasi loko, Sabtu (5/9/2009).
Nurkholis menjelaskan, kerbau memiliki serat daging yang kuat dibanding hewan ternak lainnya seperti sapi. Hal itu yang menjadi penyebab jika tertabrak KA akan keluar dari jalur rel setelah melindasnya. Seperti yang terjadi pada KA Penataran, setelah menabrak kerbau dan terseret, roda KA langsung keluar jalur dan terguling.
"Laju kereta kemarin sedang, hanya saja kerbau yang tertabrak sempat terseret membuat roda keluar rel," ujarnya.
Menurut Nurkholis, jika rel dalam kondisi baik, maka secara otomatis laju kereta api akan kencang. Sebaliknya, jika jalur rel buruk, maka laju kereta api akan lamban. Di titik kejadian sendiri kondisi rel sangat baik. Untuk itu, kereta api melaju baik sebelum menabrak kerbau.
"Roda maksimal harus naik setinggi 3 milimeter dari rel, selebihnya tidak boleh, akan dapat mengakibatkan roda keluar rel. Itulah bahaya dari kereta api," ungkapnya.
Dia menegaskan, posisi masinis sebelum kerbau tertabrak kereta, mencoba menghentikan laju kereta dengan menarik rem, adalah tindakan spontanitas saja. Laju kereta api akan melambat atau terhenti setelah 1 kilometer masinis menarik rem roda. Jika dipaksakan roda kereta akan keluar dari jalur rel dan terguling. "Semua ada hitungannya," jelasnya.
Sebelumnya KA Penataran jurusan Blitar-Surabaya terguling di KM 42+3 antara Stasiun Blimbing-Singosari, Malang sekitar 13.50 WIB setelah tabrak kerbau. Saat itu KA berloko CC 20144 dimasinisi Wibowo, asisten Darsono. Namun saat kejadian, Darsono terjepit di ruang kemudi dan meninggal dunia. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini