Bahkan diduga anggota Densus 88 juga turut melakukan pengawasan pada ponpes yang berada diperbatasan antara Kabupaten Blitar dengan Kabupaten Malang.
Pengasuh ponpes Al Muttaqin, Muhammad Fatkhul Al Hamdani alias Abu Hilal Alhamdani (40) mengaku, jika sejak awal Ramadan hingga sekarang, seluruh kegiatan ibadah yang dilakukan bersama santri-santrinya telah diawasi orang-orang yang tidak dikenalnya. Orang-orang berpakaian preman ini datang dan bertanya tentang semua hal yang berpangkal pada kegiatan terorisme.
"Awalnya saya kedatangan dua orang tamu yang tidak saya kenal. Dandanan kedua orang ini seperti preman. Namun dari bicaranya sebagai orang yang pandai. Sorot matanya tajam dan awas. Mereka seperti menginterogasi saya, menanyakan santri, kegiatan dan tamu yang pernah kemari yang semuanya mengarah pada kegiatan terorisme," ujar Abu Hilal pada detikcom saat dijumpai di Ponpes Al Muttaqin Senin (31/8/2009).
Dia menduga dua orang tersebut diduga kuat sebagai petugas intelejen ini juga hadir pada saat dirinya melakukan kegiatan pengajian bersama santri-santrinya. Bahkan ada beberapa orang yang menurut Abu Hilal menyamar sebagai santri baru.
"Saya tahu dari gerak-geriknya mereka memang berniat nyantri atau bertujuan memata-matai. Saya yakin mereka ini intelejen. Entah polisi, Densus 88 atau TNI saya kurang tahu," ujarnya.
Menurutnya, pengawasan para intel itu terus berlangsung hingga sekarang. Pengawasan terakhir diketahui pada Minggu (30/8/2009) kemarin ketika sekolah SMK di Kesamben akan meminjam Masjid Al Muttaqin untuk kegiatan pondok Ramadan. Sedikitnya terdapat
dua orang yang datang untuk meminta surat izin, selain itu mereka juga kembali menginterogasi saya soal kegiatan pondok Ramadan.
Bahkan dia mengatakan jika semua bentuk pengawasan itu sedang dicurigai menjadi tempat persembunyian kelompok teroris, khususnya Noordin M Top. Sebab, selain sebagian besar santri yang ada di sana berjenggot panjang, mengenakan sorban dan baju gamis, ponpesnya juga memberlakukan sistem terbuka. Yakni setiap orang bisa leluasa keluar masuk.
"Namun ini tidak bisa menjadi alasan para petugas intelejen melakukan pengawasan seperti ini. Bagi saya ini sudah berlebihan dan mengganggu ibadah dakwah kami," tegas Abu Hilal.
Merasa mendapat pengwasan ektra dari aparat, Abu Hilal yang juga menjabat Ketua Majelis Tarjih Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Blitar telah melaporkan secara resmi ke pimpinan Muhammadiyah Pusat.
Sementara berdasarkan informasi yang diterima detikSurabaya.com, polisi saat ini telah melakukan penjagaan ketat karena diduga Nordin M Top berada di wilayah Kabupaten Blitar.
Hal senada juga dikatakan oleh Kesbanglinmas Kota Blitar, Gatot Heri Siswanto. Dia membenarkan jika hasil pertemuan antara kepolisian, TNI dan Kesbanglinmas (Kabupaten dan Kota ), Blitar dan Ngawi diduga telah menjadi fokus pelarian kelompok Noordin M Top.
Menindaklanjuti itu, pihaknya telah mengumpulkan seluruh perangkat dan elemen masyarakat, untuk melakukan pengawasan di daerahnya masing-masing. "Dari koordinasi yang saya lakukan bersama seluruh pihak memang ada informasi Selain Ngawi, Blitar juga menjadi fokus pelarian kelompok teroris Noordin M Top," tegasnya pada wartawan.
(bdh/bdh)