3 Batu Mustika Ditebar di Tiga Penjuru Danau Taman Hidup

Kisah Pramuka Tersesat di Argopuro

3 Batu Mustika Ditebar di Tiga Penjuru Danau Taman Hidup

- detikNews
Sabtu, 30 Mei 2009 10:48 WIB
Probolinggo - Banyak hal aneh yang dijumpai saat pemulangan 3 Batu Mustika ke Gunung Argipuro. Setelah sempat didatangi tawon tiga warna, tim itu juga menjumpai keanehan lagi. Sebuah bayangan putih, berkelebat menuju ke Danau Taman Hidup.

Misteri itu terjadi ketika tim klenik dari Mapala Fatarpa Ponpes Nurul Jadid dan seorang pembina Pramuka SMAN 1 Kapongan Situbondo, Abdul Hamid tengah berniat menuju Puncak Rengganis untuk mengembalikan 3 batu temuannya, Rabu (27/5/2009).

Ketika istirahat untuk membicarakan perbekalan yang sudah menipis di Hutan Basah, salah satu tim klenik, Ainur Rofiq, melihat bayangan warna putih yang berjalan menuju ke arah Danau Taman Hidup.

Namun, dirinya memilih diam dan tidak mengabarkan ke Abdul Hamid atau rombongan yang lainnya. "Saya tidak tahu bayangan putih itu, yang saya ketahui bayangannya tipis dan saya yakin itu sebagai petunjuk untuk mengembalikan batu mustika ke danau itu," ungkap Ainur Rofiq, anggota Fatarpa Ponpes Nurul Jadid saat dihubungi detiksurabaya.com, Sabtu (30/5/2009).

Sebelum kembali menuju ke Danau Taman Hidup, rombongan tim itu berwudlu di sebuah sungai, untuk mensucikan dirinya dan juga untuk menyegarkan tubuh dan pikirannya.

Kemudian kata Rofiq, tim memutuskan untuk tidak melanjutkan ke Puncak Rengganis melalui Hutan Basah, karena kondisi medannya yang sulit dan harus melewati 4 bukit dan  jalan yang harus dilalui menyisir di punggung bukti. Menurutnya, untuk sampai ke puncak membutuhkan waktu satu malam.

Sekitar pukul 12.30 WIB, tim sudah sampai di area Danau Taman Hidup. Karena tim berjumlah ganjil, satu orang dari Fatarpa diminta untuk menunggu semua perbekalan anggota.

Sedangkan 5 anggota Fatarpa dan 1 dari pembina Abdul Hamid menuju ke Danau Taman Hidup melalui jalan khusus yang terbuat dari papan dan melakukan ritual khusus. Saat prosesi ritual berlangsung, tiba-tiba kabut yang cukup tebal datang.

Rofiq mengatakan, datangnya kabut itu diluar dari kebiasaan. "Biasanya kalau ada kabut tapi jalannya tidak kencang, tapi kabut itu berjalan cepat dan saat itu juga diserta dengan hujan rintik-rintik," tuturnya.

Meski dengan kondisi seperti itu, tim berusaha tenang dan konsentrasi menggelar ritual pengembalian batu mustika. Karena semua tim dalam keadaan suci dan sebelumnya sudah berwudlu di sungai di kawasan Hutan Basah.

Sebelum melempar 3 batu mustika itu ke arah danau, tim membaca kalimat tauhid dan mengumandangkan takbir sebanyak tiga kali. "Batu mustika itu  kita lempar ke berbagai penjuru arah. Batu mustika yang besar dan berwana coklat atau seperti kayu dilempar ke arah barat. Warna merah ke arah tengah dan warna bening ke arah timur. Ketika melempar batu mustika itu juga dibarengi dengan teriakan takbir," terangnya.

Usai melemparkan batu mustika itu, semua tim merasa tenang dan senang termasuk Abdul Hamid pembina pramuka. "Kami semua merasa plong seperti tidak ada beban

lagi, meskipun kami juga tidak tahu kondisi anak-anak apakah sudah ditemukan atau belum," tuturnya.

Tim langsung kembali turun menuju ke perkampungan Bermi. Dalam perjalanan pulang turun ke perkampungan sudah tidak ada nuansa mistis lagi. Ketika sampai ditengah perjalanan, handphone salah satu rombongan bisa mendapat sinyal mendapat SMS yang mengabarkan semua para siswa ditemukan selamat.

Hal  itu, membuat Abdul Hamid tanpa dikomando langsung sujud syukur di tengah hutan. "Tapi setelah itu semua handphone baterainya drop semua dan tidak ada yang bisa on lagi," tuturnya.

Menjelang Magrib atau sekitar pukul 05.30 WIB, Rabu (27/5/2009) tim sampai di perkampungan. Tapi tim kaget karena rombongan wali murid dan pihak sekolah

maupun Tim SAR sudah meninggalkan perkampungan Bermi, Kecamatan Krucil, Probolinggo. Tim langsung bermalam di perkampungan dan kembali lagi ke Ponpes Nurul Jadid di kawasan Tanjung, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo keesokan harinya.

Sedangkan Hamid juga sempat bermalam di pondok. Usai salat Jumat Hamid kembali ke Situbondo sekitar pukul 13.30 WIB sendirian dan tidak dikawal dengan tim tersebut.

(gik/gik)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.