22 siswa dan 2 pembina ini berpencar menjadi tiga kelompak. Kelompok pertama seorang pembina Abdul Hamid dan satu siswa Rachmad Aris terlebih dahulu turun.
Kelompok kedua Atiqurrachman dan 2 siswa masing-masing Budiyono dan Latif Mubarok yang menyusul Abdul Hamid.
"Saya diminta untuk siswa untuk mencari bantuan ke bawah. Pak Abdul Hamid mungkin sudah sampai di Bremi," kata Atiqurrachman saat dihubungi detiksurabaya.com, Senin (25/5/2009) pukul 22.50 WIB.
Sementara siswa lainnya ditinggal di kaki gunung yang jaraknya dengan rumah penduduk sekitar 7 Km karena ingin istirahat sembari menanti pertolongan. "Saya ini sedang menyusuri turun. Rumah penduduk sudah mulai terlihat lampu-lampunya," kata Atiqurrachman dengan nafas tersengal-sengal.
Atiqurrachman yang ikut menjadi pembina Pramuka ini sengaja mematikan telepon selulernya untuk menghemat baterai apalagi di puncak tidak ada sinyal. Dia akhirnya menyalakan ponsel ketika sudah mendekati permukiman penduduk.
"Saya sekarang ini menuju ke Bremi. Mudah-mudahan tidak salah," ujar dia.
Rombongan anggota Pramuka dari SMUN Kapondang itu sempat dinyatakan tersesat. Sebab sesuai jadwal, 22 anggota Pramuka dari SMUN 1 Kapongan Situbondo yang didampingi 2 pembinanya melakukan penjelajahan pada tanggal 20-22 Mei. Namun hingga tanggal 25 Mei, rombongan belum pulang. (gik/gik)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini