Wafatnya KH Abdul Haq Zaini membuat para santri maupun alumni terkejut. Karena sebelum wafat, KH Abdul Haq tidak pernah mengidap sakit keras dan malam itu usai menghadiri pengajian di kawasan Maron.
"Kyai tidak sakit mas. Sebelum wafat, malam itu sesudah Magrib beliau menghadiri pengajian. Beliau datang ke dalem (rumah kyai) sekitar pukul 00.05 WIB," ujar salah satu pengurus Koordinator Ponpes Nurul Jadid kepada detiksurabaya.com, Senin (18/5/2009).
Moh Yatim mengatakan,para pengurus ponpes malam itu terkejut ketika KH Abdul Haq tiba ke ponpes dengan mengendarai mobil Panther yang ditumpanginya bersama seorang sopirnya. "Saat itu kyai dibopong para pengurus ke dalem, karena saat itu kyai sudah tidak bisa berjalan lagi dan terlihat susah bernafas. Beberapa santri berusaha membeli tabung oksigen, tapi tabung belum datang beliau sudah wafat," tuturnya.
Almarhum KH Abdul Haq yang juga salah satu pengasuh Ponpes Nurul Jadid, putra keenam dari tujuh bersaudara putra dari almarhum KH Zaini Munim pendiri Ponpes Nurul Jadid, meninggalkan seorang istri dan empat anak. KH Abdul Haq Zaini dikenal sebagai ulama yang dekat dengan santrinya dan tidak membeda-bedakan masyarakat. Setiap ada warga yang ingin kehadiran beliau untuk memberikan tausiah, beliau tak segan-segan menghadirinya meskipun kondisi tubuhnya tidak fit.
Almarhum dimakamkan di pesarean (asta) keluarga di kompleks Ponpes Nurul Jadid. Sejak pagi hingga perjalanan menuju ke pesarean, almarhum diiringi ribuan santri. Selain itu para alumni Ponpes Nurul Jadid yang tersebar di beberapa daerah diantaranya Surabaya, Pasuruan, Probolinggo, Jember, Malang, Banyuwangi dan beberapa daerah lainnya di Jatim serta dari Bali berdatangan mengikuti proses pemakaman.
Selain itu, beberapa kyai dan ulama turut mengantar jenazah ke tempat pemakaman, diantaranya KH Zuhri Zaini pengasuh Ponpes Nurul Jadid, KH Nur Chotim Zaini, Habib Hasim al Habsi dari Probolinggo, KH Muchid Muzani yang pernah menjabat sebagai Muhtasar PBNU, KH Kholil Asad Syamsul Arifin dari Situbondo dan beberapa kyai dan alim ulama lainnya.
"Kami mewakili keluarga mengucapkan terima kasih kepada masyarakat maupun para alim ulama yang menyiapkan mulai pemandian hingga ke pemakaman. Kami juga menyampaikan permohonan maaf apabila almarhum ada khilaf semasa hidup," ujar Holilulrohman Abdul Wahid saat menyampaikan sambutan di depan petakziah.
Sementara itu, ketika jenazah usai disalati di Masjid Jami Nurul Jadid dan akan dimakamkan di pesarean yang jaraknya sekitar 20 meter, cuaca di sekitar pondok cerah, namun terdengar suara petir tanda seperti akan turun hujan. (gik/gik)