Warga Kalimantan Ikut Berburu Emas di Banyuwangi

Warga Kalimantan Ikut Berburu Emas di Banyuwangi

- detikNews
Jumat, 24 Apr 2009 14:24 WIB
Surabaya - Tak hanya warga Banyuwangi yang penasaran dengan kabar butiran dan gumpalan emas di Sungai Gonggo, Banyuwangi. Pendulang emas asal Kalimantan juga berdatangan dan penasaran penemuan warga di Lembah Gunung Tumpang Pitu, Kampung 56 Dusun Ringinagung Desa Pesanggaran, Banyuwangi.

Salah satu pendulang emas asal Kalimantan itu Yanto (29) mengaku mendapar kabar dari saudaranya di Desa Pesanggaran. Kedatanga n mantan transmigran Kota Sampit, Kalimantan Tengah itu ingin membandingkan bentuk fisik antara butiran emas di Sungai Gonggo dengan emas di penambangan emas rakyat di Sampit.

Menurutnya, bentuk fisik emas di Sungai Gonggo lebih variatif, dibanding emas Sampit. Mulai dari butiran pasir hingga gumpalan sebesar jempol kaki orang dewasa.

"Di Sampit emasnya berbentuk pasir halus, di sini lebih beragam," jelas Yanto saat ditemui detiksurabaya.com di sebuah gubuk untuk berteduh para pendulang, Jumat (24/4/2009) siang.

Dijelaskan oleh dia, jika dilihat dari ciri-cirinya, emas yang ditemukan warga merupakan emas sungguhan. Meski belum diketahui seberapa besar kandungannya. Untuk itu Yanto berencana ikut mendulang emas bergabung dengan warga lainnya.

"Saya datang ke sini juga mau mendulang, siapa tahu rezeki saya ada di sini," jelas Yanto yang mengaku berprofesi sebagai pendulang emas di Kalimantan setahun lalu.

Selain Yanto, rencananya pendulang emas asal Kalimantan lainnya, yang tak lain rekan Yanto di Sampit akan bergabung untuk berburu emas di Banyuwangi.

Sementara meski KPH Perhutani Banyuwangi Selatan telah menutup aktivitas pendulangan emas, namun tidak digubris oleh mereka.

Penutupan itu terlihat dari beberapa papan pengumuman berwarna merah bertuliskan pelarangan segala aktivitas penambangan di areal hutan jati, yang terpampang di beberapa titik. Bahkan satu dari papan pelarangan itu sudah ditemukan di tengah sungai, tanggal dari tempat papan itu dipasang.

Lima petugas Perhutani dari KPH Banyuwangi Selatan juga disiagakan di pintu utama, perbatasan antara hutan jati dan pemukiman warga untuk menghalau warga yang ingin masuk. Oleh Perhutani, setengah dari jalan masuk itu di pagar kayu setinggi dada orang dewasa.

Namun lantaran jumlah warga yang datang semakin membludak, mendekati angka seribuan orang, akhirnya patugas tak mampu lagi membendung keinginan.

"Sampai bibir ini copot ya mereka tetap saja masuk, saking banyaknya warga yang datang," keluh salah seorang petugas perhutani yang tak mau sebutkan identitasnya.

Dari pantuan detiksurabaya.com, selain petugas perhutani, tampak juga beberapa Petugas dari Koramil setempat turut membantu melakukan penghalauan. NamunĀ  karena 'klah' jumlah, mereka hanya bisa mengawasi aktivitas para pendulang tanpa berani berbuat lebih.

(fat/fat)
Berita Terkait