Lokasinya, terletak 300 meter dari kantor Kecamatan Saronggi atau 10 Km dari Kota Sumenep ke arah selatan. Sumber Kermata ini juga dijadikan obyek wisata air oleh pemerintah daerah setempat meski keberadaannya kurang mendapat perhatian.
Tak heran jika Sumber Kermata yang memiliki luas 150 M2 di atas lahan milik H Maskun, ramai dikunjungi orang. Terutama pada hari libur. Selain ada tempat untuk bersantai, hawanya terasa sejuk dan memiliki keindahan tersendiri.
Kebanyakan pengunjung yang datang memiliki persoalan hidup yang menyebabkan stres maupun mempunyai cita-cita besar, tapi sulit dikabulkan. Mereka pun memutuskan mandi sambil minum air yang tampak jernih dan mengalir deras dari pegunungan dari arah selatan yang terkenal angker.
Melalui perantara mandi dan minum air sambil menyelam itulah, setiap pengunjung akan terkabulkan apa yang dicita-citakan selama hidupnya dengan kehendak yang Maha Kuasa.
Salah seorang tokoh masyarakat Desa/Kecamatan Saronggi, Sumenep, Rafiqi (41) mengatakan, setiap pengunjung Sumber Air Kermata selalu menyempatkan diri untuk mandi dan meminum airnya. Bahkan, pada waktu tertentu banyak yang berendam tengah malam agar usahanya lebih sukses.
"Dengan mandi dan minum airnya dengan cara menyelam itulah salah satu syarat untuk dikabulkan keinginannya. Tentunya, tetap pada kehendak yang Maha Kuasa," kata Rafiqi kepada detiksurabaya.com di lokasi, Kamis (2/4/2009).
Kemujaraban mata air yang berasal dari sumber terbesar di Desa/Kecamatan Saronggi tersebut juga dimanfaatkan warga setempat untuk mengaliri ribuan hektar area persawahan. Warga setempat hidup makmur dan sejehtera dengan keberadaan sumber air Kermata itu.
Salah seorang pengunjung, Ny Uswatun Hasanah (43) asal Bangkalan mengatakan, kedatangannya di Sumber Air Kermata untuk mendapatkan keajaiban dan khasiatnya.
"Selain bisa menikmati wisata air kan bisa berharap keinginan kita cepat terkabulkan," ujarnya.
Pantauan detiksurabaya.com, Sumber Air Kermata kurang mendapat perhatian dari pemerintah kabupaten, keberadaan tempat duduk dan bangunan berupa plengsengan yang dibangun tahun 1971 sudah banyak yang rusak.
(fat/fat)