Petani Gelar Petik Panen Boyong Kemanten

Petani Gelar Petik Panen Boyong Kemanten

- detikNews
Rabu, 25 Mar 2009 10:04 WIB
Banyuwangi - Memulai panen raya tanaman padi di sawah, petani di Dusun Ngadimulyo Desa Bulurejo Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi menggelar ritual metik panen boyong kemanten, Rabu (25/3/2009).

Selain ungkapan syukur atas hasil panen melimpah, tradisi kuno ini memiliki filosofi arif bagi warga untuk selalu menjaga kerukunan antar sesama. Setidaknya hal itu tercermin dari tata cara serta seluruh rangkaian dari ritual tersebut.

Dalam pelaksanaannya tradisi ini harus dilakukan 2 petani. Sebab, tanaman padi dari sawah 2 petani itu nantinya yang akan divisualisasikan sebagai pengantin untuk dikawinkan. Hal itulah yang disebut metik panen boyong kemanten.

"Dua ikat padi itu memiliki nama Srisedono dan Joko Sedono. Ini  kemanten yang akan dikawinkan, simbol dari kerukunan warga," ungkap Mbah Sindal (85), pemangku adat saat ditemui detiksurabaya.com di lokasi ritual.
 
Beberapa perlengkapan seperti nasi tumpeng lengkap dengan engkung, bubur merah dan putih, sisir rambut, cermin, kembang telon, peralatan menginang, serta seceret air, menjadi syaratnya.

Syarat itu diarak dari rumah 2 petani yang akan melangsungkan 'pernikahan' padi mereka. Melewati jalan kampung menuju ke sawah dimana tanaman padi akan dipetik untuk dinikahkan. Tiap warga yang ditemui selama dalam perjalanan dipersilahkan untuk turut dalam arak-arakan tersebut.

Tiba di lokasi, satu persatu semua syarat tersebut disusun diantara rerimbun tanaman padi oleh seorang tetua adat. Satu persatu dari syarat yang berupa makanan tersebut diambil sedikit untuk dijadikan satu dalam sebuah sesaji.

Kepulan asap dari seikat jerami padi yang dibakar bersama kemenyan menjadi tanda ritual dimulai. Pemangku adat mulai metik seikat padi dan disela-selanya diselipkan kembang telon.

Uniknya, seikat padi tersebut selanjutnya digendong oleh pemangku adat yang nantinya akan dipertemukan dengan seikat padi calon mempelai lainnya yang akan dipetik dari sawah petani kedua. Siraman air ke tanaman padi menjadi akhir ritual.

Rangkaian acara ditutup dengan kenduri dan membagi-bagikan nasi tumpeng secara merata ke semua warga yang hadir di acara tersebut. Nuansa persaudaraan sangat terasa diprosesi ini, nuansa yang nyaris punah di zaman serba modern ini.

Kearifan tradisional ini lestari, lantaran para petani di Dusun setempat percaya, jika tradisi tersebut tidak digelar maka hasil panen selanjutnya akan berkurang bahkan gagal panen akibat diserang hama secara bertubi-tubi.
(fat/fat)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.