Tradisi endok-endokan adalah sebuah tradisi warga Banyuwangi untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi yang identik dengan endok (telu, red) itu biasanya digelar dengan melakukan pawai kembang endok yang dipakai sebagai hiasan utama dari sebuah replika. Atau bahkan membuat replika yang disusun dari telur itu sendiri.
Seperti yang terlihat dalam pawai endok-endokan di Desa Kembiritan, Kecamatan Genteng, Banyuwangi, Senin (9/3/2009). 9 Peserta yang berasal dari lingkungan RT dan RW setempat meramaikan tradisi endok-endokan itu dengan menghadirkan 9 replika berbagai macam bentuk yang unik dan menarik untuk dilombakan.
Salah satunya, replika seorang penunggang kuda berpedang dan berpakaian ala timur tengah. Penunggang kuda bersurban itu disebut sebagai replika salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW, dan juga Negarawan di masa kejayaan Islam, yakni, Saidina Ali. Sepupu Nabi tersebut dikenal sebagai pemimpin yang memiliki jiwa pemberani, bersih dan amanah selama masa hidupnya.
Entah karena merindukan sesosok pemimpin yang memiliki sifat kepemimpinan seperti Saidina ALi, atau mulai jenuh dengan banyaknya kasus korupsi di Negeri ini. Para penonton sangat antusias saat replika Saidina Ali tersebut diarak dari dan kembali ke halaman Masjid Baiturrahman sebagai tempat awal berkumpulnya para peserta pawai.
Sesekali dari pengeras suara mobil pengiring menyebutkan, jika penunggang kuda yang di tangan kanannya menghunus pedang. Dan tangan kirinya memegang bendara bertuliskan penggalan ayat suci al-quran itu, hanya simbol kerinduan rakyat akan sesosok pemimpin yang amanah yang mampu menjalankan amanah rakyatnya.
"Penunggang kuda berpedang nan gagah ini akan melawan segala bentuk korupsi," suara dari pengeras suara mobil pengiring replika yang disambut tepuk riuh para penonton yang berjubel disisi jalan sejak pagi hari tersebut.
Meski menjadi Idola banyak penonton, namun sayang sang "pemimpin pemberani" tersebut harus puas maraih juara 2 setelah replika kapal laut yang disimbolkan sebagai masuknya ajaran Islam di Banyuwangi yang dibawa oleh Sunan Giri ditetapkan menjadi juara pertama.
Sementara itu, panitia lomba pawai endok-endokan Desa Kembiritan menjelaskan. Tradisi endok-endokan dapat dijadikan salah satu media dalam syiar agama Islam. Replika yang beragam dan menarik salah satu caranya.
"Tradisi ini salah satu syiar Islam. Replika itu dapat menjadi dan sekaligus mengingatkan kita akan kebesaran Allah SWT," jelas Imam Syafi'i (60), Ketua Panitia Pelaksana saat ditemui di sela-sela acara pawai. (bdh/bdh)