Rembesan air terjadi dari tanggul sungai di Jalan Jaksa Agung Suprapto, tepatnya di pintu lintas atau biasa disebut tanggul yang tidak ditutup oleh warga.
Wakil Bupati (Wabup) Bojonegoro Setyo Hartono yang saat itu tengah melakukan inspeksi sempat emosi melihat tanggul air di luar bangunan pabrik hanya ditutup dengan kantong pasir seadanya.
Melihat kondisi itu, Setyo bergegas turun dari mobil dan mengacung acungkan tangan ke pemilik pabrik. Sejumlah warga di sana menceritakan bahwa pemilik pabrik itu diingatkan secara tegas oleh Wabup untuk berpartisipasi menutup tanggul yang ada di depan bangunan pabriknya. "Kantong pasir ini perlu ditambah, sampean itu jangan seenaknya," kata Amin, salah seorang warga menirukan ucapan Setyo.
Data yang diperoleh dari Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (PBSDA) Sungai Bengawan Solo PU Jatim di Bojonegoro menyebutkan, sejak tanggul sungai dalam kota dibangun tahun 1989 silam, jumlah doorlaat atau pintu lintas yang diajukan hanya sebanyak 41. "Tapi dalam sepuluh tahun terakhir ini berkembang secara liar sebanyak 169 pintu lintas, ini mesti ada penertiban," tegas Koordinator PBSDA Mulyono.
Merembesnya air yang sudah mulai masuk kota, membuat Pemkab Bojonegoro mendistribusikan ribuan kantong pasir ke 169 doorlaat yang tersebar di luar tanggul Sungai Bengawan Solo. Yakni mulai Desa Jetak, Klangon, Kauman, Ledokwetan, Karangpacar sampai Banjarjo.
Panjang pintu lintas itu bervariasi. Mulai dari 100 cm hingga 9 meter. Bersamaan itu dilaporkan, luapan air ke pemukiman warga makin meluas mulai pukul 03.00 WIB, tepatnya seiring naiknya debit air. Laporan sementara dari Satkorlak Bencana Alam dan Pengungsi Kab Bojonegoro menyebutkan puluhan desa di 12 kecamatan sudah terendam air. (bdh/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini