Kesakralan batu yang diyakini sebagai peninggalan era kerajaan ini berdiameter 2 meter berada di tengah hutan Jati yang dikelola Kesatuan Resort Pemangku Hutan Karetan. Untuk mencapainya diperlukan waktu sekitar dua jam perjalanan arah selatan dari pusat Kota Banyuwangi.
Sesuai namanya, batu ini sebelumnya merupakan dua bongkahan batu besar yang saling menumpuk. Kini keunikan Watu Tumpang tak tampak lagi lantaran ulah seorang pengunjung yang nakal. Watu Tumpang hancur berantakan menjadi tujuh bagian setelah diledakkan menggunakan dinamit. Saat itu, tumpukan batu besar dianggap menyimpan harta karun berupa bongkahan intan dan emas.
Area Watu Tumpang ini makin ramai dikunjungi orang dari berbagai daerah di Pulau Jawa dan Bali bila bertepatan hari penanggalan Jawa, kliwon. Di hari-hari biasa, beberapa orang kerap dijumpai untuk ngalab berkah dengan menggelar ritual. Biasanya mereka hanya orang-orang tertentu yang sedang menjalani lelaku, untuk mengasah 'ilmunya' dengan bersemedi.
"Sekarang ini caleg yang kerap datang ke sini ngalab berkah melalui bantuan saya. Tujuannya agar lancar saja saat pilihan nanti tapi dari mana asalnya, mereka tidak pernah mengaku," jelas Mbah Soiman (70), juru kunci Watu Tumpang kepada detiksurabaya.com di lokasi Watu Tumpang, Senin (1/12/2008).
Soiman juga menjelaskan beberapa pejabat daerah pernah berkunjung dengan tujuan serupa ke tempat yang dijaganya sejak puluhan tahun itu. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini