Perlombaan yang diikuti 24 pasang sapi wakil dari empat kota di Pulau Madura berlangsung diĀ Stadion R Soenarto Hadiwidjojo Pamekasan, Minggu (26/10/2008).
Sekretaris Panitia Kerapan Ali Mulyono mengungkapkan, masing-masing kota di Madura mengirimkan 6 pasang sapi. Kelima pasang sapi itu, terdiri atas juara 1, 2 dan 3 kelompok menang, dan juara 1, 2 dan juara 3 dari kelompok kalah.
Yang menarik, fenomena lumpur Lapindo di Sidoarjo menjadi ilham tersendiri bagi H Suhri, pemilik sapi kerap dari Pamekasan. Sepasang sapi jantan berumur 5 tahun miliknya, diberi nama dengan Surya Lapindo.
"Selama dua tahun ini, lumpur Lapindo menjadi terkenal dan dikenal luas warga Indonesia. Saya pun ingin sapi kerap saya sepopuler lumpur di Porong itu," papar Suhri berkelakar, saat ditemui di Stadion R Soenarto Hadiwidjojo Pamekasan.
Sayangnya, Surya Lapindo miliknya kalah cepat masuk garis finis saat berlaga dengan si Mata Sakti. Sapi kerap Mata Sakti milik H Hanan Heri asal Sumenep, akhirnya masuk babak ketiga bersama 6 pasang sapi kerap lainnya.
Kerapan sapi, agaknya masih menjadi obyek wisata tradisi andalan Pulau Madura. Mulai pagi, Stadion R Soenarto Hadiwidjojo didatangi puluhan wisman. Tengah hari, areal stadion telah dipenuhi sekitar 15 ribu orang penonton.
Selain ditonton ribuan warga Madura, perlombaan kerapan sapi ini ini juga menarik perhatian empat orang wisatawan mancanegara (wisman) asal Belanda. Sayangnya, tontonan yang menarik ini membuat empat wisman kecewa. Pasalnya mereka tidak bisa menonton dengan jelas karena tertutup oleh penonton lain.
Kekecewaan para wisman itu diutarakan Nuswantari, sang pemandu wisata yang mengawal keempat orang wisman. Dia tampak menggerutu dengan panitia pelaksana karena tempat yang kurang memadai.
"Keempat orang tamu saya sangat kecewa dengan penataan lapangan. Tak ada tempat
yang nyaman untuk menonton lajunya sapi kerap. Seluruh sisi lapangan dipagari lautan manusia, yang saling berebut berada di sisi terdepan pagar. Mestinya, panitia membangun panggung khusus untuk kalangan wisman yang jauh-jauh datang ke Madura," sergah Nuswantari sambil menyeka keringat di dahinya. (bdh/bdh)