Tak adanya efek krisis gelombang atas eksportir ikan teri itu disebabkan dengan lokasi negara tujuan eskpor. Selama belasan tahun beroperasi, sejumlah eksportir ikan teri di Pamekasan hanya melakukan ekspor ke Jepang dan Singapura.
Perusahaan eksportir ikan teri kering yang beroperasi di Pamekasan yakni, PT Mina Bahari, PT Kelana Laut Perkasa dan PT Mahera Raya. Ketiga eksportir itu melayani pembelian ikan teri basah dari 15 ribu orang nelayan se Pamekasan.
"Selama 18 tahun kami beroperasi, kami tidak pernah melakukan ekspor ikan teri kering ke negara-negara Eropa dan Amerika. Selama ini, kami mengekspor ke Jepang dan Singapura," papar Pimpinan Produksi PT Mahera Raya, Sunarto kepada detiksurabaya.com di kantornya di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Jumat (17/10/2008)
Karena negara tujuan berada di benua Asia, Sunarto mengaku krisis global tidak berdampak signifikan atas komoditas ikan teri yang dikelolanya.
Sebaliknya, Sunarto menilai perubahan musim kemarau yang akan berganti musim penghujan bakal berdampak pada volume ekspor ikan teri. Sebab, pengolahan ikan teri kering sangat bergantung pada ritme sinar matahari.
"Jika musim penghujan datang, kami kesulitan mendapatkan pasokan sinar matahari. Sebab, pengeringan ikan teri sangat bergantung pada lamanya siraman cahaya matahari. Minimal, proses pengeringan ikan teri memakan waktu empat jam sehari," cetus Sunarto.
Untuk mendapatkan 1 kilo ikan teri siap ekspor, Sunarto hanya mengolah 4 kilo ikan teri basah. Sebelum dijemur, ikan teri basah direbus selama 30 menit. Setelah itu, dijemur di area pengeringan yang berlokasi di
tepi Pantai Padelegan.
Saat ini, volume ekspor ikan teri kering kemasan produk PT Mahera Raya mencapai 50 ton senilai Rp 7 miliar. "Memasuki musim penghujan, volume ekspor kami sedikit menurun. Penurunannya berkisar 10 % per bulan," jelasnya. (fat/fat)