Jumlah masyarakat yang mengalami kesulitan air bersih tergabung dalam 1.124 KK dan tersebar di 5 pedukuhan yakni Dukuh Jajar, Judek, Bonggah, Nganglik dan Bakalan. Kesulitan air bersih diakui oleh warga terjadi sejak 4 bulan terakhir.
"Ini bencana tahunan Mas. Tapi sepertinya tahun ini yang terparah, dan terasa sangat
menyiksa sejak 4 bulan terakhir," ungkap Muhammad Bisri (41), warga Desa Surat kepada detiksurabaya.com saat ditemui di tengah kesibukan menguras sumur miliknya, Selasa (7/10/2008).
Menurut Bisri, akibat kekeringan tersebut masyarakat di daerahnya harus bersusah payah untuk bisa mendapatkan air bersih. Tak jarang mereka harus mengemis air ke sumur milik tetangganya.
"Yo wis intinya harus bisa sabar dan saling pengertian. Kita saling berbagi agar sama-sama bisa mendapatkan air bersih," imbuh Bisri.
Selain harus meminta air ke sumur tetangga, Bisri juga mengaku jika untuk bisa memenuhi kebutuhan air bersih, beberapa warga memanfaatkan aliran Sungai Brantas.
"Sebenarnya juga ada alternatif lain yakni mengambil air di Sumber Jurang Mangir. Tapi sangat jarang yang ke sana, karena daerahnya pegunungan dan jaraknya sekitar 7 km," kata Bisri.
Secara terpisah, Sugito (38), Kepala Desa Surat menyikapi kesulitan air bersih yang dialami warganya sangat berharap, agar Pemerintah Kabupaten Kediri dapat memperlancar suplai air bersih ke daerahnya.
"Sebenarnya ada suplai, tapi nggak lancar. Terkadang seminggu hanya sekali, dan tak
jarang tak ada kiriman sama sekali," ujar Sugito.
Ketika ditanya mengenai penyebab parahnya kekeringan di daerahnya, Sugito menyebut akibat maraknya penambangan pasir mekanik di sepanjang Sungai Brantas makin memperparah keadaan.
"Akibat penambangan pasir itu berimbas pada semakin dalam sumber air di sumur," ungkap Sugito. (bdh/bdh)











































