Menjelang Lebaran Tukang Sepuh Emas Kebanjiran Order

Menjelang Lebaran Tukang Sepuh Emas Kebanjiran Order

- detikNews
Sabtu, 20 Sep 2008 10:06 WIB
Sumenep - Selama bulan ramadan, tukang patri dan penyepuh emas di Sumenep, Madura kebanjiran order hingga 4 kali lipat dibanding hari biasa. Sepuh emas ini menjadi idola tersendiri bagi masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah.

Bila pada hari biasa hanya 30 sampai 40 buah emas dari berbagai jenis yang akan dibersihkan agar mengkilap. Menjelang lebaran tiba para tukang patri dan penyepuh emas yang buka mulai pukul 08.00 WIB dan hingga 17.00 WIB kebanjiran order hingga mencapai 150 buah emas dari berbagai jenis.

Seharian penuh mereka tak pernah berhenti dari kesibukannya menyepuh emas perhiasan. Tak anyal jika tukang penyepuh emas yang mangkal di Jalan Manikam Sumenep itu pendapatannya berkisar Rp 300 ribu sampai Rp 375 ribu setiap harinya. Padahal, sebelumnya penghasilan mereka tak lebih dari Rp 50 ribu sampai Rp 75 ribu setiap hari.

Tingginya animo masyarakat untuk menyepuh perhiasan emas seiring dengan budaya warga Sumenep dan Madura pada umumnya jika lebaran tiba akan memakai perhiasan dalam jumlah besar. Baik itu anting-anting, cincin, serta gelang.

Salah seorang tukang patri dan penyepuh emas yang mangkal di Jalan Manikam, Sumenep Dedy Rusman Apriyanto (30) mengatakan, setiap kali bulan ramadan tiba, lebih-lebih menjelang Idul Fitri, warga Sumenep berbondong-bondong untuk memperbaiki dan membersihkan emas perhiasannya dari berbagai jenis.

Emas yang biasanya disepuh mempunyai kadar 22 karat. Jika kurang dari 22 karat, maka sulit untuk dikilapkan. "Yang datang untuk menyepuh emas perhiasan mayoritas kelas ekonominya menengah ke bawah. Sebab, jika orang mampu, kalau beli emas 23 karat lebih, sehingga tidak perlu disepuh," kata Dedy ditengah kesibukannya menyepuh emas di jalan Manikam, Sumenep, Sabtu (20/9/2008).

Hal serupa juga dialami tukang patri dan penyepuh emas yang mangkal di sebelah barat Pasar Anom Kota Sumenep. Mat Saleh (40) mengaku sering menolak ibu-ibuh rumah tangga yang akan menyepuh perhiasannya. Sebab, kemampuan tenaga dan waktu untuk menyepuh sudah tidak cukup, sedangkan titipan emas milik orang lain menumpuk.

"Kalau Ramadan tahun ini membawah berkah tersendiri buat tukang patri dan penyepuh emas," kata Mat Saleh pada detiksurabaya.com, di Pasar Anom Kota Sumenep, Sabtu (20/9/2008).

Meski warga menyerbu tukang patri dan penyebus emas, kata dia, tidak pernah menaikkan ongkos. "Kalau emasnya kecil seperti jenis cincin ongkosnya Rp 2.000. Tapi Kalau besar seperti gelang antara Rp 2.500 sampai Rp 3.000," ujar Saleh.

Kebanyakan para tukang patri dan Penyepuh emas, hanya bermodalkan lapak kayu sepanjang setengan meter untuk tempat beralatan penyepuh. Sedang bahan-bahan yang digunakan untuk menuakan (menyepuh) warna emas antara lain serbuk emas, tawas, tabung kecil, bensin, garam, sendowo, air meneral serta alat lain seperti stang, dan obing kecil.

"Kalau sudah disepuh, warnanya tua mengkilap. Sehingga, kalau dipakai ada nuansa berbeda. Bahkan, jika akan dijual harganya lebih mahal. Sebab, mirip emas yang baru dibeli," ungkapnya. (bdh/bdh)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.