"Selasa (1/3/2016) pagi, perawat satwa melihat kemaluan watusi betina yang bunting mengeluarkan lendir yang banyak. Perawat kemudian melakukan pengamatan dan pengawasan intensif," kata Pjs Direktur Utama PD Taman Satwa Kebun Binatang Surabaya Aschta Boestani-Tajudin dalam siaran pers yang diterima detikcom, Jumat (4/3/2016).
Pada Kamis dini hari sekitar pukul 04.30 WIB watusi betina tersebut melahirkan bayinya. Bayi yang dilahirkan seberat 25 kg dan dalam kondisi sehat. Bayi Watusi tersebut, kata Aschta, diberikan air susu tambahan dengan dengan takaran 144 cc setiap dua jam dengan maksud akan memberikan kekuatan secepatnya untuk bayi dapat berdiri dan selanjutnya akan memudahkan menyusui dari induknya.
"Selanjutnya tim medis dan perawatan satwa akan terus memantau 24 jam atas kemajuan perkembangan dari bayi, dan selanjutnya induknya akan mengambil alih perawatan. Sebagai tindakan pengamanan, lokasi induk dan anak terpisah dari induk dan anak jantan," lanjut Aschta.
KBS sendirfi menerima sepasang Watusi (Jantan dan Betina) pada 25 Maret 2013 dari Taman Safari II, Prigen-Pasuruan. Pada 8 Agustus 2014, lahir dari pasangan tersebut bayi jantan bernama Fajar. Dan kelahiran bayi betina pada Kamis kemarin merupakan kelahiran atau anak kedua dari pasangan tersebut.
Ankole watusi atau dikenal sebagai banteng Afrika atau dikenal pula dengan nama
ankole bertanduk panjang adalah jenis satwa endemi asli Afrika. Binatang ini bercirikan tanduk besar dan panjang yang mencapai hingga 2,4 Meter dari ujung ke ujung.
Tanduk ini digunakan sebagai alat pertahanan dan dipakai sebagai alat penyeimbang suhu tubuh di kala cuaca panas. Watusi dewasa mempunyai bobot 410-730 Kg. Masa buntingnya sekitar 8-9 Bulan dan rata-rata melahirkan satu anak setiap kali periode
bunting. (fat/iwd)











































