"Coba kita bandingkan dengan alat Shore to Ship Crane (STS) yang ada di dermaga di Pelabuhan Tanjung Perak dengan yang ada di Teluk Lamong," ujar Prasetyadi kepada wartawan saat melakukan peninjauan proyek Teluk Lamong, Jumat (27/9/2013).
Pimpro Pengadaan Peralatan Teluk Lamong itu menjelaskan, STS di Pelabuhan Tanjung Perak masih menggunakan solar sebagai bahan bakar. Dalam setahun, ongkos solar yang dikeluarkan bisa mencapai Rp 2 miliar. Bandingkan saja dengan STS Teluk Lamong bertenaga listrik yang diestimasi akan menghabiskan biaya Rp 800 juta setahun.
"Satu STS memerlukan listrik sekitar 1,2 mega watt," terang Prasetyadi.
Efisiensi lain, kata Prasetyadi, bisa diperoleh dari kemampuan STS yang bisa mengangkat 2 buah peti kemas ukuran 20 feet. Sehingga di container yard, Automatic Stacking Crane (ASC) bisa mengengkat 35-40 peti kemas per jam nya. Bandingkan dengan penggunaan Rubber Tyred Gantry (RTG) di Terminal Tanjung Perak yang hanya bisa mengangkat 10-15 peti kemas per jam.
(iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini