Kisah Bocah 7 Tahun di Brebes Jadi Pemulung Demi Bisa Sekolah

Kisah Bocah 7 Tahun di Brebes Jadi Pemulung Demi Bisa Sekolah

Imam Suripto - detikNews
Kamis, 06 Jan 2022 18:22 WIB
Bocah 7 tahun, Rofiq, menjadi pemulung agar bisa menabung untuk biaya sekolah, Brebes, Kamis (6/1/2022).
Bocah 7 tahun, Rofiq, menjadi pemulung agar bisa menabung untuk biaya sekolah, Brebes, Kamis (6/1/2022). (Foto: Imam Suripto/detikcom)
Brebes -

Seorang bocah di Brebes, Jawa Tengah, Aenur Rofiq (7), sehari-hari menjadi pemulung atau memungut barang rongsok. Hal itu dilakukan agar bisa menabung untuk biaya sekolah.

Di usianya yang 7 tahun, Aenur Rofiq sama sekali tidak pernah mengenyam pendidikan, baik itu PAUD maupun TK. Bocah ini sehari harinya menghabiskan waktu dengan mencari botol-botol plastik demi membantu perekonomian keluarga.

Dengan menenteng karung plastik, Rofiq setiap pagi keluar rumah bahkan harus berjalan jauh agar mendapatkan lebih banyak barang barang bekas tersebut.

Bocah ini baru pulang menjelang zuhur. Selepas membongkar isi karung, dia menyetorkan ke neneknya untuk dijual ke pengepul. Sambil menunggu makan, dia kerap menyempatkan diri bermain bersama dua adiknya yang masih kecil, Ahmad Jagat Satria (4) dan Rizki Ramadhan (9 bulan).

Rofiq tinggal di rumah milik neneknya di RT 4 RW 16 Kelurahan Brebes. Rumah berukuran 4x7 meter ini bisa dibilang tidak layak huni. Bagian teras dijejali tumpukan barang-barang bekas dan pada ruang tengah tampak perabotan yang sudah usang.

Bocah ini merupakan anak sulung dari pasangan April Triana (27) dan Supriyandi (31). Saat April mengandung anak ketiga, suaminya merantau ke Jakarta dan tidak pernah pulang hingga kini.

Sepeninggalan kepala keluarga, seluruh beban ekonomi keluarga ditanggung April dibantu Rofiq. Mereka hanya mengandalkan hasil dari memulung.

"Sehari kadang dapat Rp 10 ribu, kadang Rp 20 ribu dari memulung," ujar April ditemui di rumahnya, Kamis (6/1/2022).

Selain untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, penghasilan yang didapat disisihkan untuk persiapan sekolah. Hanya saja, dengan pendapatan yang minim itu, sering tidak bisa menabung.

"Penginnya bisa menabung buat sekolah Rofiq, tapi seringnya habis buat kebutuhan sehari-hari. Makanya sampai hari ini dia belum sempat sekolah TK, padahal sudah hampir 7 tahun. Penginnya kalau bisa tahun ini sekolah SD tapi belum punya biaya," tuturnya.

Sementara itu, Ketua RW 16 Ahmad Baidowi mengaku miris melihat kondisi keluarga miskin tersebut. Semua anggota keluarga, baik nenek, anak, dan cucunya yang masih kecil harus menjadi pemulung dengan memunguti barang bekas yang kemudian dijual. Mereka memulung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

"Memang saya melihatnya cukup miris sekali. Apalagi anak yang harusnya sudah sekolah, setiap hari harus jadi pemulung," ucap Baidowi.

Baidowi menjelaskan, meski kategori miskin ekstrem, keluarga ini belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Baik itu PKH, bansos maupun program bantuan lainnya. Beberapa kali, lanjut Baidowi, sudah pernah diajukan tapi belum pernah direalisasi.

"Keluarga ini belum menerima bantuan apapun. Baik bantuan PKH, Sembako, dan lainnya," pungkasnya.

(rih/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads