Keterbatasan fisik bagi Sumarno Joko Mulyono (24) bukan halangan untuk bangkit dari keterpurukan di masa pandemi. Pemuda warga Desa Sekaran, Kecamatan Wonosari, Klaten, Jawa Tengah, ini merintis usaha angkringan setelah usaha jualan pulsanya sepi.
"Dulu sebelum pandemi jual pulsa di rumah. Dulu ramai tapi setelah pandemi kan pada pakai android beli pulsa, yang reguler sepi, tidak datang ke konter," ungkap pria yang akrab disapa Joko Uuk itu, di warungnya di tepi Jalan Pakis-Daleman, Desa Sekaran, Minggu (2/1/2022).
Joko menceritakan, usaha angkringan itu dirintis setahun terakhir. Angkringan yang diberi nama Angkringan Joko Uuk itu didirikannya di tengah pandemi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah hampir setahun saya buka. Saya buka pas ganasnya COVID, sekarang sudah lumayan," jelas Joko.
Di awal merintis usaha itu, tutur Joko memang ada keraguan. Kendala itu karena keterbatasan fisik kedua tangan dan kakinya yang tidak seperti orang lumrah.
"Awalnya ya sempat grogi karena keadaan saya begini. Tapi lama-lama ya terbiasa, angkat-angkat awalnya tidak kuat tapi akhirnya bisa," papar Joko.
![]() |
Untuk kegiatan berjualan seperti memasak atau menyuguhkan hidangan, kata Joko, semua aktivitas bisa dilakukannya. Tapi ada satu yang tidak bisa dikerjakannya sampai saat ini.
"Yang tidak bisa saya lakukan hanya tali-temali atau mengikat karena jari dan tangan harus meliuk, saya tidak bisa," lanjut Joko.
Joko mengaku dari usaha angkringan yang ditekuninya kini sudah mulai ada hasilnya. Setahun bisa menabung dan membeli sepeda motor roda empat.
"Alhamdulillah bisa beli motor. Saya buka setiap hari dari jam 06.00 sampai jam 17.00 WIB," ujar Joko.
Untuk makanan yang dijualnya, tutur Joko, ada setoran orang lain tapi ada yang dibuat sendiri.
"Makanan ada yang setoran orang tapi nasi buat sendiri. Kalau pas ramai tidak sampai sore biasanya saya sudah pulang," tambah Joko.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
Keterbatasan fisik, jelas Joko, dialaminya sejak lahir dan bukan karena satu penyakit di masa kecil. Joko mengaku sempat sekolah sampai lulus SD.
"Saya sempat lulus SD tapi tidak melanjutkan sekolah karena tidak ada yang antar jemput. Saya mau kerja apa lagi dengan kondisi begini, ya buka angkringan," imbuh Joko.
Joko bertekad dengan usahanya itu, dirinya akan terus mencoba hidup mandiri. Tidak terus menjadi beban kedua orang tua.
"Ya pokoknya saya ingin mandiri tidak tergantung pada orang tua. Hasilnya ya alhamdulillah bisa nabung dan sedikit mulai bisa bantu orang tua," pungkas Joko yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Saat berbincang dengan detikcom, beberapa kali Joko harus melayani pelanggan warungnya. Dengan cekatan, pria yang hobi bulu tangkis itu bekerja.
Meskipun kedua tangan dan kakinya berukuran kecil dan memiliki keterbatasan gerakan, Joko gesit bekerja. Mulai dari mengambil gelas, piring, mengaduk, mengangkat dan menyuguhkan hidangan.
Dian, pelanggan warung angkringan mengatakan Joko diakui warga sebagai sosok yang tangguh. Warungnya juga selalu ramai dikunjungi.
"Dia (Joko) orangnya tangguh, tidak mau menyerah. Warungnya juga ramai setiap hari, kadang siang sudah habis," terang Dian.
(rih/rih)