Aktor dan komedian legendaris Indonesia, Wahyu Sardono atau Dono Warkop DKI memiliki cerita masa lalunya di Klaten, Jawa Tengah. Pria kelahiran Solo, 30 September 1951 pernah tinggal di Jalan Garuda, Dusun Kragan, Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu semasa kecil.
Rumah keluarga besar Dono berada di RT 2, RW 11 Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu. Rumah berarsitektur tahun 1950-1960 an itu terletak di tepi jalan desa.
Rumah berukuran sekitar 12x10 meter itu berjarak sekitar 50 meter dari bekas pabrik karung goni Delanggu yang berarsitektur zaman kolonial. Di kanan kirinya merupakan permukiman padat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masih berdiri kokoh, rumah bercat putih kusam itu tampak tak terawat dan selalu terkunci rapat. Atap bagian depan dan samping rumah melorot.
"Rumah ini belum pernah direhab, cuma paling diganti atap kalau bocor atau kayu. Teras digunakan untuk warung minuman anak saya," ungkap Teguh Waluyo (56) tetangga yang merawat rumah itu saat berbincang dengan detikcom, Minggu (28/11/2021).
Teguh mengatakan di rumah tersebut Dono sempat tinggal setelah pindah dari Solo. Sebab ayahnya Cipto Sudiyono merupakan mantri polisi yang menjadi Kades.
"Bapaknya Dono, Pak Cipto itu mantri polisi jadi Kades. SD dan SMP Dono di Klaten tapi tinggalnya di sini, setelah SMA dan kuliah di Jakarta," sambung Teguh.
Menurut Teguh, semasa kecil Dono jarang main keluar rumah sepulang sekolah karena lebih senang belajar. Tapi setelah jadi artis tetap sering pulang ke Klaten.
"Setelah di Jakarta jadi artis sering pulang. Kalau shooting di Jawa Tengah pasti mampir pulang ke sini," kenang Teguh.
Teguh mengatakan rumah Dono itu kosong dan keluarganyalah yang kini merawat rumah itu. "Pernah rusak saya laporkan ke Mbak Ning kakak Dono di Yogyakarta.
"Saya yang merawat rumah ini, listrik saya ambilkan dari rumah saya daripada gelap,'' imbuh Teguh.
Tentang sosok Dono, Teguh, mengenang dirinya pernah diajak Dono membeli bahan bangunan. Saat Dono keluar rumah, warga saat itu langsung berkerumun.
"Saya diajak naik VW beli paku. Saat turun dari mobil banyak warga datang berkerumun salaman," pungkas Teguh.
Anak bungsu Dono, Satrio Sarwo Trengginas, mengungkap rencana keluarga terkait rumah itu. Keluarga berencana merehab rumah tersebut.
"Ada rencana mau direhab tapi tidak tahu kapan. Tapi untuk menjadi museum atau sejenisnya, belum ada rencana," ujar Satrio saat dihubungi detikcom, Minggu (28/11).
Namun Satrio mengaku tak mengetahui banyak cerita tentang rumah itu. Dia menyebut nama kerabatnya yang tinggal di Yogyakarta lebih mengetahui seluk beluk rumah itu.
"Iya itu rumah keluarga bapak. Tapi yang tahu banyak ceritanya itu Budhe saya di Yogyakarta, Bu Ning," lanjut Satrio.