Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Tengah menggelar aksi menenggelamkan 10 patung pejabat sebagai buntut protes penanganan perubahan iklim. Walhi Jateng berharap hasil konferensi tingkat tinggi (KTT) COP26 di Skotlandia bisa ditindaklanjtui dengan aksi nyata.
Lokasi aksi ini berada di daerah Tambakrejo tepatnya bekas Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang tenggelam akibat banjir rob dan penurunan muka tanah. Patung dari manekin itu didandani rapi layaknya pejabat yang terdiri dari 8 laki-laki dan 2 perempuan.
Tampak patung itu ditenggelamkan sebatas pinggang, dan para aktivis membentangkan spanduk bertuliskan, 'Selamatkan Kawasan Pesisir Jawa Tengah, Hentikan Solusi Iklim Palsu'. Kemudian ada beberapa poster kecil juga yang dibentangkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Aksi ini) Menyikapi COP26 yang diselenggarakan di Skotlandia, di sana pimpinan dunia berkumpul bicara krisis iklim. Kita melihat bahwasanya di pesisir Jateng ada beberapa daerah rentan krisis iklim yang wilayahnya terancam tenggelam. Salah satunya Semarang dan ada beberapa lagi," kata Direktur Ekeskutif Walhi Jateng, Fahmi Bastian di lokasi, Semarang, Jumat (5/11/2021).
Fahmi meminta ada aksi nyata terkait dampak perubahan iklim ini. Dia berharap pemerintah tidak hanya mementingkan perekonomian dengan hanya membangun industri di kawasan pesisir.
"Tidak hanya ekonomi semata, tapi lihat masyarakat pesisir yang rentan ini ditangani. Jangan hanya Tambak Lorok sebagai kampung bahari dan lain-lain tapi bagaimana nasib warga diperhatikan," jelasnya.
Fahmi menyebut aksi simbolis menenggelamkan para pejabat ini sengaja dilakukan di kawasan rawan banjir rob dan penurunan muka tanah. Dia berharap para pemangku kepentingan bisa mengambil makna dari aksi ini.
"Ada 10 patung tenggelamkan. Ini mencerminkan pejabat. Pejabat ini punya kebijakan mengurusi pemerintahan. Kasih mandat malah komitmen dan upaya menangani krisis iklim hanya diam saja. Penenggelaman ini bentuk proses kita," ujarnya.
Usai menggelar aksi, tim Walhi Jateng kemudian membereskan patung-patung tersebut dan naik perahu untuk kembali ke daratan. Mereka juga sempat menyapa beberapa warga setempat.
Salah satu warga, Dani (44), mendukung aksi tersebut. Dia berharap ada tindakan nyata dari pemerintah karena kampungnya rawan tenggelam.
"Ya mendukung. Kalau tidak diperhatikan bisa jadi 5 tahun lagi tenggelam," ujar Dani.
(ams/mbr)