Sejumlah siswa SDN Tepus 2 Gunungkidul terpaksa menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) di Balai Pedukuhan Blekonang I, Kabupaten Gunungkidul. Hal ini dilakukan karena bangunan SD mereka tergusur pembuatan jalur jalan lintas selatan (JJLS).
Salah seorang anggota Komite Sekolah, Sugiran, mengatakan PTM SDN Tepus 2 di balai pedukuhan sudah berlangsung sejak beberapa waktu lalu. Hal itu karena hingga saat ini belum ada kejelasan terkait relokasi sekolah tersebut.
"Sejak beberapa pekan lalu PTM tidak lagi di gedung sekolah, tapi di Balai Pedukuhan Blekonang 1 dan Blekonang 2 (Kalurahan Tepus) karena (bangunan sekolah) kena (pembuatan) JJLS," kata Sugiran kepada wartawan di Gunungkidul, Rabu (3/11/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sugiran menyebut informasi ini sudah diterima pihak sekolah sebelum bangunan mereka tergusur. Sehingga tahun ini SDN Tepus 2 tidak menerima siswa baru.
"Saat ini total murid di SDN Tepus 2 ada 37 siswa, dan tahun ini tidak menerima siswa baru karena nasib sekolah belum jelas," ujarnya.
Sugiran menyebut pihaknya masih menunggu informasi terbaru soal relokasi SDN Tepus 2. Namun untuk detailnya pihaknya menunggu koordinasi dari pihak pemerintah kalurahan, dan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Gunungkidul.
"Karena kalau mau direlokasi itu sebenarnya banyak warga yang keberatan, karena di sini banyak siswa yang hanya ikut kakeknya dan kalau harus dipindah ke sekolah lain kan jadi jauh," jelas dia.
Terpisah, Plt Kepala Disdikpora Gunungkidul Ali Ridlo mengaku sudah mengetahui kejadian yang dialami SDN Tepus 2. Terkait solusi, pihaknya mendorong regrouping sekolah.
"Jika masih seperti itu (sekolah di balai pedukuhan) yang rugi siswanya, maka kami dorong untuk re-grouping. Selain itu juga kelas 1 kan sudah tidak ada siswanya," ucap Ali saat dihubungi wartawan.
Ali menyebut regrouping sekolah merupakan salah satu jalan terbaik. Sebab, jika dihitung dari jumlah siswa SDN Tepus 2 yang berjumlah 37 siswa tidak memenuhi syarat mendapatkan dana bantuan operasional siswa (BOS).
"Jumlah siswa juga tidak memenuhi syarat mendapatkan bantuan BOS (bantuan operasional siswa). Karena itu salah satu opsinya condong ke regrouping," katanya.
Sementara itu, Dukuh Blekonang I Wasiranto berharap pemerintah membangun kembali sekolah yang tergusur akibat pembangunan JJLS. Sebab, jika harus regrouping atau digabung dengan sekolah lain membuat jarak yang ditempuh para siswa menjadi jauh.
"Karena itu warga di sini berharap (sekolah) tidak dipindah, karena ada lahan yang tidak jauh dari lokasi awal bisa digunakan untuk membangun sekolah," ujar Wasiranto.
(ams/rih)