Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas meminta masyarakat Yogyakarta waspada terhadap dampak La Nina. Salah satu yang harus diwaspadai adalah potensi timbulnya bencana hidrometeorologi yakni bencana yang muncul berkaitan dengan fenomena meteorologi seperti angin, curah hujan, kelembaban, temperatur dan lain-lain.
Reni menjelaskan sejak September dasarian III 2021, pemantauan terhadap anomali iklim global di Samudera Pasifik Ekuator menunjukkan bahwa indeks ENSO (El Nino-Southern Oscillation) menunjukkan suhu permukaan laut di wilayah Pasifik tengah telah melewati ambang batas La Nina.
"Indeks Enso bulan Oktober 2021 sebesar minus 0,83 derajat celsius menunjukkan ENSO dalam kondisi prasyarat La Nina Lemah. Diprakirakan fenomena ENSO La Nina Lemah dan dimungkinkan menjadi La-Nina Moderat berlangsung hingga awal tahun 2022," kata Reni kepada wartawan, Rabu (3/11/2021).
Dia menguraikan pengaruh La Nina di wilayah DIY berdampak pada peningkatan intensitas curah hujan bulanan di atas normalnya atau rata ratanya.
Di awal musim penghujan bulan Oktober hingga November 2021 akan memberikan dampak yang cukup tinggi yakni sekitar 60 persen. Sedangkan jika La-Nina masih berlanjut hingga musim penghujan (Desember 2021, Januari 2022, Februari 2022) maka dampak La Nina akan semakin turun yakni sekitar 20-60 persen.
"Namun perlu diperhatikan meskipun persentase peningkatan curah hujan relatif lebih kecil, namun dampak terhadap peningkatan bencana hidrometeorologi semakin tinggi terlebih di puncak musim hujan yakni Januari 2022," jelas Reni.
Oleh karena itu, Reni mengimbau para pemangku kepentingan dapat sedini mungkin mengantisipasi potensi bencana hidrometeorologi di wilayah Yogyakarta. Terutama wilayah-wilayah yang rawan banjir dan longsor.
"(Pemangku kepentingan diimbau) lebih optimal melakukan pengelolaan tata air terintegrasi dari hulu hingga hilir, dengan penyiapan kapasitas sungai dan kanal untuk antisipasi debit air yang berlebih," pungkasnya.
Adanya peringatan dini dari BMKG tersebut segera ditindaklanjuti oleh BPBD Kabupaten Sleman dengan memasang sejumlah Early Warning System (EWS).
"Untuk antisipasi kami sudah menyiapkan Early Warning System (EWS) di 16 titik dan sensor curah hujan di puncak Merapi serta empat titik EWS di area rawan longsor Prambanan," ujar Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman, Makwan, hari ini.
EWS itu, kata Makwan, dipasang untuk mengantisipasi kemungkinan lahar hujan di Gunung Merapi. Menurutnya, beberapa alur sungai yang berhulu di Gunung Merapi saat hujan sudah terpantau aliran lahar.
(mbr/sip)