Mengulik Kisah 'Vila' Raja Solo yang Kini Jadi Kantor Arpus Klaten

Mengulik Kisah 'Vila' Raja Solo yang Kini Jadi Kantor Arpus Klaten

Achmad Syauqi - detikNews
Minggu, 31 Okt 2021 14:39 WIB
Kantor Arsip dan Perpustakaan Klaten dulunya dikenal sebagai tempat peristirahatan raja-raja Solo.
Kantor Arsip dan Perpustakaan Klaten (Foto: Achmad Syauqi/detikcom)
Klaten -

Kompleks kantor Arsip dan Perpustakaan (Arpus) Pemerintah Kabupaten Klaten ternyata memiliki jejak sejarah sebagai tempat peristirahatan raja-raja Solo. Tak hanya itu, kantor ini juga memiliki corak bangunan era kolonial. Seperti apa kisahnya?

Kantor Arpus Klaten ini terletak di Jalan Lombok nomor 2, Kanjengan, Klaten. Di kompleks kantor yang memiliki luas sekitar 3 ribu meter persegi ini, masih dijumpai beberapa bangunan kuno yang konon digunakan saat era Kerajaan Islam dan kolonial.

Salah satu yang menunjukkan bangunan kantor itu lawas terlihat dari temboknya yang tebal dan memiliki tinggi lebih dari 4 meter. Kantor Arpus Klaten ini terdiri dari ruangan kantor dinas, ruang perpustakaan, ruang baca, ruang arsip, taman dan masjid.

Ada bangunan joglo yang berada di area kompleks kantor tersebut. Di sisi utara ruang perpustakaan ada ruangan yang lebih kecil dengan pintu masuk kayu yang diapit dua kamar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ruangan yang dijadikan ruang baca itu memiliki pintu gerbang tembok lengkung menyerupai gapura keraton dengan tiang tebal bertakik. Namun, tidak ditemukan angka tahun di kompleks kantor.

Tak hanya bangunan utama, di bagian belakang kantor bahkan ada kolam mirip petirtaan, belik atau sendang. Lalu di sisi barat terdapat terowongan kuno yang berada di bawah gedung.

ADVERTISEMENT

Sisi lain soal bangunan kantor Arpus Klaten itu dituturkan warga setempat, Luis (65). Berdasarkan cerita tutur leluhurnya kompleks Arpus Klaten dulunya merupakan tempat peristirahatan raja-raja Kasunanan Surakarta, sehingga kampungnya disebut Kanjengan.

"Dulu saat bepergian atau berburu, raja-raja Surakarta istirahatnya di sini, semacam vila. Maka nama kampung ini sejak dulu disebut Kanjengan, kanjeng itu bangsawan," ungkap pria bernama asli Edi Subianto kepada detikcom di lokasi, Sabtu (30/10/2021).

Luis menuturkan kompleks peristirahatan raja-raja itu sebenarnya terdiri dari tiga bagian yang luas. Konon bangunan utama 'vila' raja Solo itu yang kini menjadi kantor Arpus Klaten.

"Sebenarnya tiga lokasi, yang tengah (kantor Arpus) itu pusat tempat raja beristirahat, yang sebelah timur menampung petinggi kerajaan, pengawal dan ketiga tempat saya. Di timur kampung ini ada Kampung Kepatihan, tempat istirahat Patih," papar Luis.

Dia menerangkan kawasan kampungnya saat ini dikenal sebagai Gedongan. Dulunya daerah tersebut dipakai untuk menambatkan kuda rombongan raja.

"Di tempat saya namanya Gedogan, itu dulu tempat kuda raja. Dulu saat kecil bentuknya rumah kuno tapi sekarang sebagian direhab," jelas Luis.

Sementara itu, bangunan yang berada di sisi timur disebutnya sudah ambruk. Bangunan di sisi timur ini diduga merupakan rumah milik seorang tumenggung.

"Saya tidak tahu pasti sejarah yang tumenggung itu. Tapi logikanya, karena dulu kerajaan tidak mungkin ditempati orang biasa, mungkin untuk pemerintahan pusatnya di kompleks ini," sambung Luis.

Dia menyebut 'vila' raja Solo ini diduga dibangun era 1780-an. Hanya saja tidak ada petunjuk tahun di area kompleks Kantor Arpus tersebut.

"Kalau saya perkirakan tahun 1780-1800-an, tapi tidak tahu pastinya. Bisa jadi pernah digunakan tempat Tumenggung untuk Pemerintahan Klaten di masa kerajaan atau kolonial, karena tidak mungkin bekas punya kerajaan diberikan ke perseorangan," lanjut Luis.

Selengkapnya kata Kadis Arpus dan Kabid Budaya Dispora Klaten soal sejarah kantor Arpus...

Dia pun menerangkan bangunan kantor itu tidak terkait dengan Benteng Engelenburg (benteng loji) yang berjarak sekitar 200 meter dari lokasi. Menurutnya benteng dengan 4 bastion tahun 1804 itu tidak memiliki kemiripan dengan bangunan di kompleks Arpus.

"Tidak ada hubungannya (dengan Benteng Engelenburg), beda. Karena benteng, benteng pertahanan itu bangunan Belanda tapi di sini bangunanya bukan benteng," tutur Luis.

Terpisah, Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Pemkab Klaten, Syahruna mengatakan menurut sejarah kompleks Arpus terdiri dari tiga bagian yang merupakan satu kesatuan. Dia pun membenarkan ada rumah tumenggung di kompleks Arpus.

"Ada rumah tumenggung di sisi timur sudah ambruk, di barat tempat tambat kuda dan di tengah ini rumah Kanjeng. Menurut cerita perpustakaan pernah untuk pemerintahan setelah tidak digunakan peristirahatan raja-raja," kata Syahruna kepada detikcom.

Kantor Arsip dan Perpustakaan Klaten dulunya dikenal sebagai tempat peristirahatan raja-raja Solo.Kantor Arsip dan Perpustakaan Klaten dulunya dikenal sebagai tempat peristirahatan raja-raja Solo. Foto: Achmad Syauqi/detikcom

Syahruna menjelaskan, sampai saat ini tidak ada catatan atau literatur tentang kompleks gedung Arpus. Tapi kompleks Arpus digunakan pusat pemerintahan diperkuat dengan tugu titik nol Klaten.

"Catatannya masih kita telusuri, tapi kemungkinan untuk kantor seorang bupati di masa kerajaan diperkuat titik nol Klaten. Titik nol Klaten tugunya di kampung Kanjengan ini," sebut Syahruna.

Senada dengan Syahruna, Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Pemkab Klaten Yuli Budi Susilowati membenarkan jika kompleks Arpus pernah jadi pusat pemerintahan. Kompleks itu digunakan saat Klaten berstatus Kabupaten Gunung Pulisi.

"Bangunan di kompleks Arpus adalah kantor atau rumah pejabat Gunung Pulisi. Setingkat bupati kalo saat ini, tapi datanya masih kita cari," jelas Yuli kepada detikcom.

Catatan di web klatenkab.go.id menyebutkan Bupati Gunung Pulisi Pertama adalah Raden Tumenggung Mangunkusumo. Pemerintahan Gunung Pulisi dibentuk setelah ada perubahan sistem pemerintahan di daerah tahun 1749-1847.

Halaman 2 dari 2
(ams/ams)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads