Dua pohon raksasa berdiri di tengah Pasar Klepu, Kecamatan Ceper, Klaten, Jawa Tengah. Dua pohon yang usianya disebut lebih dari 200 tahun itu konon tempat Pangeran Diponegoro menambatkan kuda.
"Pohon ini sudah ada di zaman Pangeran Diponegoro tahun 1800-an. Cerita turun-temurun mbah saya, Pangeran Diponegoro sering transit di sini," ungkap ahli waris kompleks Pasar Klepu, Kuncoro (40), kepada detikcom, Sabtu (23/10/2021).
Kuncoro menceritakan, selain pohon asam jawa itu, ada pohon sambi dan beringin di kompleks pasar yang berada di tanah kakeknya, Demang Wira Kartika
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu mbah saya Demang, Mbah Demang Wira Kartika. Rumahnya itu (menunjuk rumah kuno di utara pasar)," sebut Kuncoro yang merupakan cucu canggah atau generasi ke-4 Demang Wira Kartika.
Pangeran Diponegoro, tutur Kuncoro, sering transit di rumah kakeknya saat perjalanan ke wilayah Kasunanan Surakarta di zaman perang Jawa. Saat singgah itulah kuda Pangeran Diponegoro dan pasukannya ditambatkan di pohon asam, sambi dan beringin.
"Jadi pohon asam itu untuk menambatkan kuda Pangeran Diponegoro dan pengikutnya. Jadinya pasar itu karena warga sini sering menyediakan bahan pokok untuk pasukan di sini, lama-lama jadi pasar," jelasnya.
![]() |
Pohon itu, lanjut Kuncoro, akan dirawat keturunan Mbah Demang dan tidak akan dijual. Pohon ini meskipun sudah tua tapi disebutnya masih berbuah dan produktif.
"Pohonnya masih berbuah, kadang buahnya jatuh dimanfaatkan warga. Tidak akan dijual karena dirawat turun-temurun," ujarnya.
"Orang sini menyebut Mbah Asam Lanang (pohon yang timur) dan Mbah Asam Wadon (yang barat), tidak ada namanya," pungkas Kuncoro.
Seorang warga setempat, Rohadi (65), mengatakan bahwa pohon asam itu menurut cerita keluarganya secara turun-temurun memang jadi tempat Pangeran Diponegoro menambatkan kuda saat berkunjung ke rumah Demang.
Selengkapnya di halaman selanjutnya...
"Tempat cencangan kuda Pangeran Diponegoro dan pasukannya. Ini tanah lungguh Mbah Demang, rumah Mbah Demang di utara pasar, rumahnya dulu kuno tapi sudah sebagian dibongkar," kata Rohadi.
"Pohon itu mungkin lebih dari 200 tahun usianya karena untuk menambatkan kuda Pangeran Diponegoro sudah ada. Mungkin di sini dulu pekarangan luas atau hutan sebelum jadi pasar," lanjutnya.
Pantauan detikcom di lokasi, dua pohon asam Jawa itu tengah dirapikan dahan dan rantingnya. Dengan begitu terlihat jelas tekstur kayu dan kulit pohonnya.
Pohon di sisi timur tingginya sekitar 25 meter dengan garis lingkar 9 meter. Pangkal bawah pohon memiliki rongga yang bisa dimasuki orang dewasa.
Sedangkan pohon di sisi barat ukurannya lebih kecil. Setinggi sekitar 20 meter dengan lingkar batang bawah 7 meter. Tidak ada rongga di pangkal batangnya.
Kedua pohon asam itu berdiri di tengah lapak dan kios ratusan pedagang pasar yang sedang direnovasi. Sedangkan pohon beringin dan sambi letaknya lebih ke timur lagi.
(rih/rih)