Di kesempatan yang sama, Juru Pemelihara Masjid Wali Loram Kulon, Afroh Amanudin, menjelaskan tradisi Ampyang Maulid merupakan acara untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Menurutnya tradisi itu bentuk ekspresi warga Loram Kulon menyambut hari kelahiran Rasulullah.
"Ampyang Maulid itu suatu tradisi diperingati saat kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam memperingati inilah ada beberapa ekspresi terkait dengan Loram Kulon itu dilakukan dengan adanya Ampyang Maulid," jelas Afroh ditemui di lokasi sore tadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya tradisi ini sudah dilakukan secara turun-temurun sejak tahun 1560-an. Kata Ampyang, menurutnya, berasal dari sebutan kerupuk yang diartikan menjadi Ampyang oleh masyarakat Desa Loram Kulon.
"Ampyang itu dari nama kerupuk. Artinya yang diterjemahkan dari kerupuk ampyang yang menjadi ciri khas itu. Di dalam tradisi tersebut adalah diutamakan adalah memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW itu," terang dia.
"Ini dilakukan pada zaman Sultan Hadiri sekitar tahun 1560-an. Itu dilihat dari gapura yang didirikan pada 1596, masjid 1497 berarti setelah itu," pungkas Afroh.
(rih/sip)