Melihat Tradisi Ampyang Maulid di Kudus yang Digelar Sederhana

Melihat Tradisi Ampyang Maulid di Kudus yang Digelar Sederhana

Dian Utoro Aji - detikNews
Selasa, 19 Okt 2021 18:09 WIB
Tradisi Ampyang Maulid digelar di Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kudus, Selasa (19/10/2021).
Tradisi Ampyang Maulid digelar di Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kudus, Selasa (19/10/2021). (Foto: Dian Utoro Aji/detikcom)
Kudus -

Tradisi Ampyang Maulid di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, digelar secara sederhana di tengah pandemi virus Corona atau COVID-19. Iring-iringan pun hanya diikuti dua gunungan saja.

Tradisi Ampyang Maulid dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Pantauan di lokasi tradisi itu digelar warga Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Selasa (19/10) pukul 14.00 WIB.

Terlihat dua gunungan berisi dari buah-buah dan seratus nasi kepel atau kepal. Dua gunungan itu diiring dari kantor desa menuju Masjid Wali Loram Kulon atau jaraknya sekitar 100 meter.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sesampai di masjid dua gunungan dan makanan lainnya ditaruh di depan Masjid Wali Loram Kulon. Warga yang hadir pun menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Setelah dilakukan doa oleh tokoh masyarakat setempat, jajanan dan nasi kepel di gunungan itu dibagikan kepada warga yang hadir. Warga pun terlihat antre untuk mendapatkan buah-buahan dan nasi kepel.

ADVERTISEMENT

Kepala Desa Loram Kulon, Muhammad Safii, menuturkan dua tahun belakangan tradisi Ampyang Maulid digelar secara sederhana karena masih pandemi virus Corona atau COVID-19. Menurutnya tahun ini iring-iringan Ampyang Maulid hanya diikuti dua gunungan saja.

"Tahun ini sama tahun kemarin 2020 kita menyelenggarakan Ampyang Maulid ini dengan sederhana. Karena kondisi masih di level 3," kata Safii kepada wartawan ditemui di lokasi, Selasa (19/10/2021).

"Kami kemarin telah koordinasi tetap dilakukan secara sederhana," jelasnya.

Tradisi Ampyang Maulid digelar di Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kudus, Selasa (19/10/2021).Tradisi Ampyang Maulid digelar di Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kudus, Selasa (19/10/2021). (Foto: Dian Utoro Aji/detikcom)

Menurutnya, rangkaian tradisi Ampyang Maulid mulai digelar pada Selasa pagi tadi. Yakni dengan acara Loram berselawat. Setelah itu baru siangnya digelar tradisi iring-iringan Ampyang Maulid.

"Rangkaian mulai pagi ada Loram berselawat, siang tidak kirab ya, tempatnya di masjid ada iring-iringan seperti tadi ada gunungan. Gunungan cuma dua, buah-buahan sama nasi kepel yang identitas Ampyang ya," kata dia.

Menurutnya tradisi tersebut digelar jauh dari kata meriah selama dua tahun ini. Sebelum pandemi, ada ribuan nasi kepel dan puluhan gunungan yang dikirab saat acara Ampyang Maulid.

"Tahun sebelumnya ada kirab yang kerja sama Pemdes Loram Wetan, kita iring-iringan dari Loram Wetan ke Loram Kulon. Tapi ini kita tidak ada. Per tahun gunungan besar, sebelum ada Corona itu ada seribu kepel, kita cuma netepi tradisi jadi sederhana saja. Ini kurang lebih ada 100 nasi kepel," jelas dia.

Selengkapnya di halaman selanjutnya...

Di kesempatan yang sama, Juru Pemelihara Masjid Wali Loram Kulon, Afroh Amanudin, menjelaskan tradisi Ampyang Maulid merupakan acara untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Menurutnya tradisi itu bentuk ekspresi warga Loram Kulon menyambut hari kelahiran Rasulullah.

"Ampyang Maulid itu suatu tradisi diperingati saat kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam memperingati inilah ada beberapa ekspresi terkait dengan Loram Kulon itu dilakukan dengan adanya Ampyang Maulid," jelas Afroh ditemui di lokasi sore tadi.

Menurutnya tradisi ini sudah dilakukan secara turun-temurun sejak tahun 1560-an. Kata Ampyang, menurutnya, berasal dari sebutan kerupuk yang diartikan menjadi Ampyang oleh masyarakat Desa Loram Kulon.

"Ampyang itu dari nama kerupuk. Artinya yang diterjemahkan dari kerupuk ampyang yang menjadi ciri khas itu. Di dalam tradisi tersebut adalah diutamakan adalah memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW itu," terang dia.

"Ini dilakukan pada zaman Sultan Hadiri sekitar tahun 1560-an. Itu dilihat dari gapura yang didirikan pada 1596, masjid 1497 berarti setelah itu," pungkas Afroh.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads