Tradisi Ampyang Maulid di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, digelar secara sederhana di tengah pandemi virus Corona atau COVID-19. Iring-iringan pun hanya diikuti dua gunungan saja.
Tradisi Ampyang Maulid dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Pantauan di lokasi tradisi itu digelar warga Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Selasa (19/10) pukul 14.00 WIB.
Terlihat dua gunungan berisi dari buah-buah dan seratus nasi kepel atau kepal. Dua gunungan itu diiring dari kantor desa menuju Masjid Wali Loram Kulon atau jaraknya sekitar 100 meter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sesampai di masjid dua gunungan dan makanan lainnya ditaruh di depan Masjid Wali Loram Kulon. Warga yang hadir pun menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Setelah dilakukan doa oleh tokoh masyarakat setempat, jajanan dan nasi kepel di gunungan itu dibagikan kepada warga yang hadir. Warga pun terlihat antre untuk mendapatkan buah-buahan dan nasi kepel.
Kepala Desa Loram Kulon, Muhammad Safii, menuturkan dua tahun belakangan tradisi Ampyang Maulid digelar secara sederhana karena masih pandemi virus Corona atau COVID-19. Menurutnya tahun ini iring-iringan Ampyang Maulid hanya diikuti dua gunungan saja.
"Tahun ini sama tahun kemarin 2020 kita menyelenggarakan Ampyang Maulid ini dengan sederhana. Karena kondisi masih di level 3," kata Safii kepada wartawan ditemui di lokasi, Selasa (19/10/2021).
"Kami kemarin telah koordinasi tetap dilakukan secara sederhana," jelasnya.
![]() |
Menurutnya, rangkaian tradisi Ampyang Maulid mulai digelar pada Selasa pagi tadi. Yakni dengan acara Loram berselawat. Setelah itu baru siangnya digelar tradisi iring-iringan Ampyang Maulid.
"Rangkaian mulai pagi ada Loram berselawat, siang tidak kirab ya, tempatnya di masjid ada iring-iringan seperti tadi ada gunungan. Gunungan cuma dua, buah-buahan sama nasi kepel yang identitas Ampyang ya," kata dia.
Menurutnya tradisi tersebut digelar jauh dari kata meriah selama dua tahun ini. Sebelum pandemi, ada ribuan nasi kepel dan puluhan gunungan yang dikirab saat acara Ampyang Maulid.
"Tahun sebelumnya ada kirab yang kerja sama Pemdes Loram Wetan, kita iring-iringan dari Loram Wetan ke Loram Kulon. Tapi ini kita tidak ada. Per tahun gunungan besar, sebelum ada Corona itu ada seribu kepel, kita cuma netepi tradisi jadi sederhana saja. Ini kurang lebih ada 100 nasi kepel," jelas dia.
Selengkapnya di halaman selanjutnya...