Walang kekek menclok nang tenggok
Mabur maneh menclok nang pari
Ojo ngenyek yo Mas, karo wong wedok
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yen ditinggal lungo setengah mati
Penggalan lirik di atas merupakan tembang Walang Kekek yang dipopulerkan maestro keroncong Waldjinah. Lama tak terdengar kabarnya, bagaimana keseharian Waldjinah saat ini?
Di masa tuanya, aktivitas pelantun Walang Kekek itu kini tak sepadat dulu. Bahkan, banyak kegiatan yang tidak bisa dilakukan karena faktor kesehatan.
Ditemui detikcom di kediamannya di Jalan Parang Canthel, Purwosari, Laweyan, Solo, nenek kelahiran 7 November 1945 masih menyimpan bekas kecantikan masa mudanya. Waldjinah pun bercerita tentang keseharian hingga pengalamannya selama berkarya.
"Di masa tua sudah tidak boleh bernyanyi sama anak-anak, tapi kalau pentas untuk menghibur bapak wali kota dibolehkan," cerita Waldjinah saat ditemui Jumat (15/10/2021).
Kondisi kesehatan menjadi salah satu alasan anak-anaknya melarang Waldjinah untuk pentas. Pelantun Kembang Kacang itu pun kini sudah tak kuat berdiri lama.
"Sekarang untuk jalan saja butuh alat bantu, dan tidak kuat lagi kalau disuruh berdiri agak lama," ucapnya.
Waldjinah lalu mengenang kisahnya menjadi maestro keroncong. Mulanya Waldjinah sempat dilarang oleh orang tuanya menjadi penyanyi.
"Saat saya usia 12 tahun saya sudah mulai belajar bernyanyi keroncong. Sebenarnya dilarang katanya kalau nyanyi nanti seperti ledek, itu kan anggapannya kurang bagus kalau dulu," paparnya.
Sempat ditentang oleh orang tuanya, tak membuat Waldjinah patah arang. Dibantu oleh sang kakak Munadi, Waldjinah sering mencuri waktu untuk belajar bernyanyi keroncong.
"Saya sembunyi-sembunyi belajar nyanyi, lompat dari jendela digendong oleh kakak saya. Saya belajar eluk secara autodidak dan bisa," katanya.
Tekad kuat Waldjinah pun membuahkan hasil. Suara cengkoknya, serta pembawaannya saat bernyanyi mendapatkan apresiasi dari para pecinta musik keroncong.
Namanya pun semakin dikenali para pecinta musik keroncong di berbagai daerah hingga mancanegara. Waldjinah bahkan pernah pentas di depan Presiden Soekarno.
"Pengalaman yang masih terus saya ingat sampai sekarang adalah saat pentas di depan Pak Presiden Soekarno. Beliau mengatakan suara saya itu seperti seturut usuk," urainya.
Selengkapnya soal keseharian Waldjinah...
"Saya tanya ke dalang-dalang artinya apa itu juga tidak ada jawaban yang pasti. Cuma dikatakan kalau suaramu memang bagus banget," katanya.
Semasa berkarir, Waldjinah sudah menyanyikan sedikitnya 1.700 judul lagu dan memiliki 200 album. Maestro keroncong ini pun sudah pentas hingga ke mancanegara seperti Jepang, Belanda, Suriname, dan beberapa negara lainnya.
![]() |
Waldjinah pun mengaku terkadang merasa rindu membawakan lagu keroncong. Saat senggang, dia pun sering bergumam menyanyikan lagu keroncong.
"Di usia sekarang saya sering rengeng-rengeng (bergumam) lagu keroncong. Saya sebenarnya ingin menyanyi, tapi malu," katanya sembari tersenyum.
Waldjinah mengaku penasaran dengan kemerduan suaranya yang kerap disanjung orang. Dia pun akhirnya mendengarkan rekaman suaranya sendiri.
"Apa benar suara saya bagu? Ternyata bagus beneran," tutur dia.
Tak lagi menyanyi, kini Waldjinah menyibukkan diri dengan mengelola butik batik yang dia beri nama Walang Kekek. Butik batik itu menjual koleksi batik tulis yang dia jual di rumahnya.