Kisah Ishak Bahar, Dipenjara Belasan Tahun Tanpa Persidangan

Jejak Merah

Kisah Ishak Bahar, Dipenjara Belasan Tahun Tanpa Persidangan

Vandi Romadhon - detikNews
Kamis, 30 Sep 2021 09:27 WIB
Eks Cakrabirawa, Ishak Bahar, salah satu saksi mata peristiwa 30 September 1965, Selasa (29/9/2021).
Eks Cakrabirawa, Ishak Bahar, salah satu saksi mata peristiwa 30 September 1965, Selasa (29/9/2021). Foto: Vandi Romadhon/detikcom

"Sulit diceritakan, saya kan komandan regu pengawal istana untuk mengawal Sukarno ke mabes teknisi di Senayan. Tahu-tahu Pak Untung datang, 'sudah jangan mengawal ikut saya' (menirukan perkataan Untung), itu tanggal 30 (September)," kata Ishak.

Mendapatkan perintah itu, dirinya sempat bertanya alasan perintah itu dialamatkan kepadanya. Ishak masih ingat bagaimana jawaban Untung atas pertanyaan yang dia sampaikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jawaban Untung begini 'Kamu mengawal saya, jadi ajudan saya, kamu kan bawahan, patuh hormat serta taat kepada pimpinan tidak membantah perintah atau putusan' (menirukan Untung), itu jam 18.00 atau 19.00 WIB," ucapnya.

Selanjutnya Ishak mengaku dibawa oleh Untung, bersama dengan Kolonel Latief, sopir dan ajudan. Dengan bersenjata lengkap, dia tidak diberi tahu tujuan perjalanan itu.

ADVERTISEMENT

"Nggak dikasih tahu, tahu-tahu mampir ke RSPAD nengok Soeharto, anaknya kan Tommy sedang sakit. Setelah itu ke Lubang Buaya," lanjutnya

Sesampainya di Lubang Buaya, Ishak ditempatkan di sebuah pondok. Tidak berselang lama, menurutnya, pasukan Cakrabirawa yang lain tiba di lokasi itu.

"Tahu-tahu dibagi supaya menculik jenderal, saya nggak, saya ngawal Untung. Waktu itu pukul 01.00 WIB malam," ungkapnya.

Sekira pukul 04.00 WIB dini hari Ishak menyaksikan pasukan berdatangan. Dengan rasa kaget dia melihat sebagian jenderal sudah dalam keadaan mati.

"Datang pasukan, Jenderal Yani sudah mati, (Brigjen DI) Panjaitan mati, (Mayjen) Haryono mati, Toyo (Brigjen Sutoyo Siswomiharjo) mati. Yang hidup hanya tiga, Jenderal Prapto, Jenderal Parman dan satu lagi siapa itu (Lettu) Tendean," tuturnya.

Sontak kepanikan terjadi, karena dirinya tidak pernah menduga akan terjadi peristiwa yang mengerikan itu.

"Kami semua panik lalu (para jenderal) dibuang semua ke sumur ditembak dari atas. Saya kejadian itu sebentar kayak ngimpi," ungkap Ishak.

Setelah semua jenderal dibuang di dalam sumur, pasukan membubarkan diri. Dia ditinggal dengan pasukan truk.

"Sampai ke Cakrabirawa saya dilucuti semua dan dijebloskan ke penjara," tuturnya.


(rih/rih)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads