Kesaksian Eks Prajurit Cakrabirawa di Malam 30 September 1965

ADVERTISEMENT

Jejak Merah

Kesaksian Eks Prajurit Cakrabirawa di Malam 30 September 1965

Vandi Romadhon - detikNews
Kamis, 30 Sep 2021 08:52 WIB
Eks Cakrabirawa, Ishak Bahar, salah satu saksi mata peristiwa 30 September 1965, Selasa (29/9/2021).
Eks Cakrabirawa, Ishak Bahar, salah satu saksi mata peristiwa 30 September 1965, Selasa (29/9/2021). Foto: Vandi Romadhon/detikcom

"Kami semua panik lalu (para jenderal) dibuang semua ke sumur ditembak dari atas. Saya kejadian itu sebentar kayak ngimpi," ungkap Ishak.

Setelah semua jenderal dibuang di dalam sumur, pasukan membubarkan diri. Dia ditinggal dengan pasukan truk.

"Sampai ke Cakrabirawa saya dilucuti semua dan dijebloskan ke penjara," tuturnya.

Dari peristiwa itu, dimulailah penderitaan Ishak. Anggota Cakrabirawa berpangkat Sersan Mayor ditahan karena tuduhan terlibat dalam operasi G30S/PKI.

"Pertama di Cipinang 14 hari, terus pindah ke Salemba 13 tahun tanpa persidangan apa-apa, hanya sekali dimintai keterangan sebagai saksi Untung," jelasnya.

Selama 13 tahun di dalam tahanan, peristiwa tidak manusiawi sering kali dialaminya. Siksaan yang luar biasa dan kerap kali harus menahan lapar adalah hal sehari-hari baginya.

"Sudahlah jangan diceritakan, nggak ada yang enak lah. Kalau mukuli semaunya disuruh ngaku, lah saya nggak tahu anggota partai apa-apa, makanan gak cukup," tuturnya.

Bahkan menurutnya, pernah selama empatbelas hari Ishak dan teman-temannya hanya diberi makan jagung yang disebar di atas lantai. Selain itu kondisi sel yang sempit membuat banyak rekannya mati tanpa sempat menghirup kebebasan.

"Sel dua meter kali satu meter diisi empat orang, harusnya di situ diisi 600 tapi nyatanya diisi 4.000 orang. Saya merasa beruntung hanya karena Allah saya bisa bebas dengan selamat. Berbeda dengan rekan-rekan yang lain berakhir tragis di dalam, Saya tahu-tahu tanggal 28 Juli 1977 dibebaskan," ungkapnya.

Setelah bebas, Ishak menjalani kehidupan yang cukup sulit. Menjadi buruh tani dan menjadi tukang petik kelapa sempat dilakoninya.

"Saya ini kan anak ustaz jadi beruntung masyarakat tidak begitu memberi cap buruk karena saya juga sebelumnya lulusan pesantren, jadi masyarakat banyak yang tidak percaya saya terlibat dalam PKI," tutupnya.


(rih/rih)


ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT