Menengok Makam Amir Sjarifuddin dan 10 Tokoh Pemberontakan PKI Madiun

Jejak Merah

Menengok Makam Amir Sjarifuddin dan 10 Tokoh Pemberontakan PKI Madiun

Andika Tarmy - detikNews
Minggu, 26 Sep 2021 15:47 WIB
Kondisi makam Amir Sjariffoedin dan 10 tokoh PKI lain di TPU Ngaliyan, Karanganyar, Jawa Tengah, Minggu (26/9/2021).
Kondisi makam Amir Sjarifuddin dan 10 tokoh PKI lain di TPU Ngaliyan, Karanganyar, Jawa Tengah, Minggu (26/9/2021). Foto: Andika Tarmy/detikcom

Seperti diberitakan detikcom, sebelas orang yang dimakamkan --atau lebih tepatnya dieksekusi mati-- di makam Desa Ngaliyan, Karanganyar, adalah para tokoh PKI pasca pemberontakan Madiun tahun 1948. Mereka adalah para intelektual Indonesia saat itu. Bahkan Amir Sjarifuddin pernah menjadi PM dan pimpinan delegasi perundingan Indonesia-Belanda.

Setelah gagal mendirikan negara baru berhaluan komunis yang ditandai dengan aksi sepihak di Madiun dan sekitarnya, Muso dan kawan-kawannya lalu bersembunyi di hutan Dungus. Termasuk dalam rombongan itu adalah Amir Sjarifuddin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akhir Oktober 1948, Muso tertembak mati dalam sebuah penyergapan oleh tentara republik. Para tokoh PKI lainnya lalu menyebar mencari persembunyian. Kawasan Purwodadi, Jawa Tengah, menjadi pilihan mereka.

Tapi persembunyian itup un akhirnya sia-sia. Antara November dan Desember 1948, mereka berhasil dicokok. Amir ditangkap di daerah Klambu, 20 km dari pusat Kota Purwodadi. Mereka lalu dibawa ke Yogyakarta dan selanjutnya 'disimpan' di penjara Solo. Dari Purwodadi Amir diangkut dengan kereta api.

ADVERTISEMENT

Adegan menarik tercatat dalam peristiwa ini. Sepanjang perjalanan dari Purwodadi, di kanan-kiri jalan kereta banyak warga berdesak ingin menyaksikan wajah Amir. Hanya sesekali Amir melihat mereka. Selebihnya asyik membaca cerita roman 'Romeo and Juliet' yang dipinjamkan seorang tentara, untuk menghilangkan kesuntukan dalam perjalanan kereta.

Amir memang tokoh kontroversial. Di masa awal negara terbentuk, dia termasuk salah satu tokoh intelektual Indonesia. Karenanya beberapa kali Soekarno mempercayainya memegang berbagai jabatan kementerian.

Jika Anda melihat sebuah foto pembentukan kabinet pertama setelah kemerdekaan, Anda akan melihat seorang muda mengenakan celana pendek ala pelajar Eropah saat itu. Orang dalam foto itulah Amir Sjarifuddin yang memang baru saja pulang belajar dari Eropa.

Kepercayaan Soekarno kepadanya terus berlanjut. Bahkan dia pernah menjabat sebagai Perdana Menteri. Sejarah juga mencatat bahwa Amir adalah pimpinan delegasi perundingan di atas kapal USS Renville antara Indonesia dengan Belanda pada 17 Februari 1947. Perundingan ini selanjutnya juga terkenal dengan nama Perundingan Renville.

Perundingan ini oleh sebagian pihak dianggap merugikan posisi Indonesia. Karena banyaknya kecaman, Amir lalu memilih menyingkir. Selanjutnya dia bergabung bersama kawan-kawan yang sehaluan ideologi dengannya untuk merencanakan pendirian negara berhaluan komunis di Indonesia.

Setelah ditangkap dan dipenjarakan di Solo, nasib Amir dan kesepuluh kawannya menjadi terkatung-katung karena kabinet saat itu tidak ada kata bulat apakah dia harus dihukum mati atau kembali dilepas. Namun sebuah kepastian datang pada sebuah malam tanggal 19 Desember 1948.

Sebelas orang itu dibawa menggunakan truk ke sebuah tempat terpencil di Karanganyar. Mereka dihabisi di tempat tersebut. Beberapa tahun kemudian PKI menggugat eksekusi mati para seniornya tersebut karena eksekusi itu tanpa melewati proses pengadilan.


(rih/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads