Jejak Merah

Menengok Makam Amir Sjarifuddin dan 10 Tokoh Pemberontakan PKI Madiun

Andika Tarmy - detikNews
Minggu, 26 Sep 2021 15:47 WIB
Kondisi makam Amir Sjarifuddin dan 10 tokoh PKI lain di TPU Ngaliyan, Karanganyar, Jawa Tengah, Minggu (26/9/2021). Foto: Andika Tarmy/detikcom
Karanganyar -

Pasca-pemberontakan PKI Madiun tahun 1948, perdana menteri RI di era Presiden Soekarno, Amir Sjarifuddin dan 10 tokoh PKI lain, dieksekusi mati di Kampung Ngaliyan, Kelurahan Lalung, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Hingga sekarang, makam kesebelas orang tersebut masih ada di TPU Ngaliyan.

TPU Ngaliyan berada tak jauh dari wilayah Kota Karanganyar, hanya berjarak sekitar tiga kilometer dari kantor Bupati Karanganyar. Letaknya pun tidak begitu terpencil, hanya sekitar 200 meter dari jalan besar penghubung Kabupaten Karanganyar-Wonogiri.

Masuk gerbang kompleks permakaman, makam Amir Sjarifuddin dkk berada di bagian utara. Tak sulit mencarinya, terdapat 11 nisan berjajar rapi, satu nisan di antaranya berwarna merah.

Nisan terbuat dari keramik berwarna merah itulah makam Amir Sjarifuddin. Di atas nisan tertulis nama Amir serta tanggal lahir dan tanggal kematiannya.

Sementara 10 makam lainnya, berjajar di kanan makam Amir Sjarifuddin. Seluruhnya terbuat dari bangunan semen.

Kondisi 11 makam ini tampak dipenuhi dengan semak belukar. Pertanda makam-makam tersebut tidak dibersihkan dalam waktu yang lama.

Kondisi makam Amir Sjarifuddin dan 10 tokoh PKI lain di TPU Ngaliyan, Karanganyar, Jawa Tengah, Minggu (26/9/2021). Foto: Andika Tarmy/detikcom

Selain makam Amir Sjarifuddin, hanya satu makam yang masih terpasang nama, yakni makan Rono Marsono. Sementara makam yang lain sudah tidak ada namanya.

"Jarang ada yang mengunjungi makam ini. Jadi memang tidak pernah dibersihkan," ujar warga setempat, Sugiyarto (69), ditemui detikcom di lokasi permakaman, Minggu (26/9/2021).

Lahir pada tahun 1952, Sugiyarto mengaku dirinya tidak mengetahui dengan mata kepala sendiri proses eksekusi mati Amir Sjarifuddin dkk. Namun, Sugiyarto mengaku mendapat banyak cerita dari ayahnya yang turut menjadi penggali kubur sebelum 11 tokoh PKI tersebut dieksekusi.

"Bapak saya mengalami sendiri. Dia cerita ikut ndhudhuk (menggali) kuburannya," kata dia.

Sugiyarto tinggal tak jauh dari TPU Ngaliyan, hanya berjarak sekitar 800 meter. Menurut Sugiyarto, ayahnya dan beberapa warga lain sempat diminta untuk membantu penggalian kubur.

"Setelah selesai menggali, hanya dipesan jam 12 malam untuk tidak keluar rumah. Sama nanti kalau ada suara tembakan, dipesan supaya jangan kaget," jelasnya.

Menurutnya, saat itu daerah tersebut sudah merupakan permakaman. Sehingga kesebelas orang tersebut memang dieksekusi di daerah permakaman tersebut.

"Waktu kecil tiap hari angon (menggembala kambing) di sini. Dulu makamnya agak tinggi, tidak seperti ini," kenang Sugiyarto.

Saat itu, lanjutnya, bahkan terdapat bangunan rumah kecil di samping 11 makam tersebut. Bangunan tersebut digunakan untuk keluarga dan peziarah yang datang.

Namun pasca peristiwa G30S/PKI, nisan dan bangunan rumah tersebut dirusak orang. Seluruhnya dirusak hingga rata dengan tanah.

"Waktu Gestok (Gerakan 1 Oktober) dirusak sampai rata. Sejak itu terbengkalai," ujarnya.

Baru sekitar 2008 lalu, keluarga Amir Sjarifuddin membangun lagi 11 makam tersebut. Hingga kini, meski tak terurus, kesebelas makam tersebut masih ada di TPU Ngaliyan.

Selengkapnya di halaman selanjutnya...

Simak juga 'Melihat Gua Umbul Tuk yang Jadi Tempat Persembunyian Anggota PKI':






(rih/mbr)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork