Slamet mengakui dari 125 meter tanah dan bangunan dirinya mendapat Rp 300 juta lebih. Namun, duit itu terbilang pas-pasan.
"Untuk membangun dengan ukuran yang sama juga pas-pasan. Harga bahan bangunan dan upah tukang sudah tinggi, ini untungnya tanah sendiri," ujar Slamet.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari 14 KK di dusunnya, ungkap Slamet, hanya tujuh KK yang masih menetap di dusun lama meskipun letak rumahnya bergeser. Sisanya pindah ke desa dan kecamatan lain.
"Di sini ada tujuh KK membangun rumah baru, tiga di antaranya saudara saya. Yang lainnya pindah, hilang semua tetangga," imbuh Slamet.
Hal senada juga disampaikan warga Dusun Mendungan, Desa Kepungan, Polanharjo, Marno. Marno yang mendapatkan Rp 500 juta dari bangunan rumah dan pekarangan 450 meter itu, masih was-was soal biaya rumah barunya itu.
"Ini bangun dua seperti rumah lama tapi tanahnya beli, entah cukup atau tidak karena belum selesai. Menolak tol juga percuma, wong yang minta negara," kata Marno di lokasi pembangunan rumah barunya.
Marno mengatakan kampungnya dibelah oleh proyek tol. Sekitar 28 KK warga kampungnya pun berpencar ada yang pindah dusun hingga desa.
"Ada yang pindah lain desa. Ini saya di sini bersama 11 KK beli kapling tanah tetangga lalu dibangun rumah," imbuh Marno.
Kepala Seksi Pengadaan Lahan BPN Klaten, Sulistyono menjelaskan di Klaten ada 11 kecamatan yang terdampak tol. Dari jumlah itu ada 50 desa.
"Ada 11 kecamatan, 50 desa dan 3.961 bidang tanah. Sampai 16 September sudah 1. 024 bidang yang pembayaran ganti rugi," jelas Sulis pada detikcom.
(ams/sip)