Sebuah tugu berdiri di simpang empat Dusun Metuk, Desa Tegalyoso, Kecamatan Klaten Selatan, Klaten, Jawa Tengah. Tugu yang dicat warna-warni itu puncaknya adalah batu arca lingga asli benda purbakala. Kok diperbolehkan ya?
"Iya itu lingga asli dari batu andesit. Memang batu andesit yang di perempatan Desa Metuk tersebut," ungkap Pamong Budaya Madya Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, Deni Wahyu Hidayat pada detikcom Minggu (18/7/2021) siang.
Deni menjelaskan keberadaan tugu yang puncaknya berbentuk lingga pemujaan itu pernah dicek BPCB. Lingga tersebut jenis lingga biasa. "Jenisnya lingga biasa, bukan lingga patok wilayah atau bangunan. Saya pernah ke Desa Metuk dan tugu lingga itu pernah dicat merah putih," lanjut Deni.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Deni, keberadaan lingga tersebut tidak disertai batu yoni. Sebab memang tidak semua lingga selalu berpasangan dengan yoni. "Tidak selalu ditemukan bersama yoni. Dulu warga siap merawatnya tetapi sebenarnya tidak perlu dicat ," lanjut Deni.
Parlan (70) warga Dusun Metuk Lor, Desa Tegalyoso, mengatakan saat dirinya masih muda ingat benar batu di tugu itu. Batu lingga tersebut ditemukan di sawah.
"Batu itu dulu ditemukan di sawah saat hendak ditanam padi, dibajak ditemukan batu itu. Batu ditemukan tahun 1975 di sawah timur dusun," papar Parlan kepada detikcom di rumahnya.
Dituturkan Parlan, setelah terantuk bajak dan digali warga dibawa ke dusun. Pernah dicek petugas cagar budaya tapi tidak dibawa. "Dulu dicek (petugas) cagar budaya juga. Pemasangan tugu untuk tenger (peringatan) muda mudi dan saya ingat pemasangan tanggal 26 Juni 1976," sambung Parlan.
Baca juga: Tips Merobohkan Sapi Kurban Sendirian, Tanpa Bikin Kerumunan
Sebelum digunakan untuk puncak tugu, imbuh Parlan, batu itu diletakkan di simpang empat dusun. Saat mau dipasang dibawa dengan gerobak.
"Dibawa ke lokasi dengan gerobak. Tidak ada tulisannya tapi ada ukiran garis huruf U dan dulu warnanya hitam sebelum dicat warna warni," papar Parlan.
Selanjutnya: pernah jatuh ditabrak truk
Simak juga 'Kisah Arca Joko Dolog yang Gagal ke Negeri Belanda':
Di lokasi temuan, imbuh Parlan, tidak ada temuan benda lain. Saat ini lokasi temuan sudah padat bangunan. "Tidak ada benda lain di lokasi. Ya cuma satu itu dan sekarang sudah banyak bangunan," pungkas Parlan.
Warga Dusun Metuk Lor yang lain, Untoro, mengatakan hingga saat ini banyak orang terkecoh jika mengamati puncak tugu tersebut. Semula dikira terbuat dari semen. Namun setelah diamati seksama, ternyata bukan dari semen.
"Banyak yang bingung batu atau cetakan semen puncak tugu itu. Sebab sangat halus dan detail, tapi itu sebenarnya batu," kata Untoro kepada detikcom.
![]() |
Batu tersebut sejak jadi tugu pernah jatuh dihantam truk tetapi tidak rusak. "Pernah diserempet truk lewat dan jatuh tapi tidak rusak," lanjut Untoro.
Pantauan detikcom di lokasi, batu tersebut dipasang di puncak tugu setinggi sekitar 2,5 meter di jalan ramai. bagian bawah tugu berbentuk kotak, di tengah bulat dan lingga menancap di atas dengan dicat warna pelangi.
Batu tersebut di ujung berbentuk silinder. Di bawahnya segi enam dan paling bawah segi empat sebagaimana ketiga unsur arca lingga.