Dalang wayang kulit kenamaan, Ki Manteb Sudharsono, berpulang pagi tadi. Dalang panutan tersebut berpulang di usia 72 tahun, karena terpapar virus Corona. Tragisnya, selama sakit sang maestro terpaksa dirawat di rumah karena lonjakan kasus COVID-19 sehingga keluarga kesulitan cari rumah sakit.
Kabar wafatnya Ki Manteb disampaikan oleh Dekan Fakultas Pertunjukan ISI Solo yang juga Sekretaris Paguyuban Dhalang Surakarta (Padhasuka), Dr Sugeng Nugroho. Dijelaskan Ki Manteb wafat di kediaman Dusun Sekiteran, Desa Doplang, Karangpandan, Karanganyar pada Jumat (2/7) pagi. Kemudian pemakaman akan berlangsung dengan standar protokoler kesehatan COVID-19.
Tak lama kemudian, putra tertua Ki Manteb, Ki Mendhot Samiyono Sudharsono, memberikan konfirmasi ayahnya meninggal karena terpapar virus Corona, sepulang kegiatan dari Jakarta. Sempat istirahat sehari, Ki Manteb masih sempat mendalang virtual di rumahnya, setelah itu kondisi kesehatan Ki Manteb semakin menurun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita memanggil perawat dan dokter, sekitar 2 hari yang lalu saya berupaya untuk swab untuk memastikan kondisi Bapak. Saya diutus oleh beliau Bapak H Untung Wiyono, bupati sepuh (mantan bupati) Sragen, beliau mengirim tenaga kesehatan untuk swab di sini hasilnya positif," jelas Medhot.
Medhot mengungkap Ki Manteb sempat mengalami sesak napas. Hingga akhirnya dalang legendaris ini meninggal pagi tadi. "Tadi malam kondisi sesak napas, sekitar jam 1.30 WIB bisa normal lagi. Jam 7 pagi tadi beliau agak sesak napas lagi dan akhirnya beliau kapundhut (wafat)," ucap Medhot.
Saat kondisi Ki Manteb terus menurun, kata Medhot, pihak keluarga sebenarnya berusaha mencari pertolongan. Namun, kondisi rumah sakit yang penuh membuat Ki Manteb kesulitan mendapatkan perawatan di rumah sakit.
"Kita sudah berupaya waktu beliau setelah mendalang virtual itu, Mas, tapi kita memang kesulitan masuk ke rumah sakit-rumah sakit," ujar Medhot.
Jenazah Ki Manteb dimakamkan siang tadi di cungkup pamijen (pemakaman khsusus keluarga) di TPU Suwono yang berjarak sekitar 50 meter dari kediaman Ki Manteb Sudharsono.
Ki Manteb adalah dalang guru dalang. Kelebihannya olah sabet wayang menjadi kiblat dalang-dalang setelahnya. Dia juga dikenal sebagai pembaharu pakeliran wayang kulit seiring dengan zaman. Kemampuannya memainkan wayang dengan sangat cepat, terutama saat adegan perang, sehingga dia mendapat julukan 'dalang setan.
Selengkapnya di halaman selanjutnya...
Peran nyata Ki Manteb yang layak dicatat adalah penampilanya yang luar biasa mementaskan wayang hanya dalam 3 menit untuk menggambarkan episode peperangan Alengka dari epos wiracararita Ramayana.
"Ketika wayang diusulkan menjadi warisan budaya dunia, beliau mengurus itu bersama Pak Begug Purnomosidi ke Paris. Beliau mewakili dalang Indonesia untuk presentasi pakeliran di depan juri UNESCO," kata Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Solo, Sugeng Nugroho.
Ki Manteb Sudharsono menjadi wakil dalang untuk tampil di hadapan juri UNESCO. Membawakan lakon 'Brubuh Alengka' dalam tiga menit, Ki Manteb dinilai tidak menghilangkan esensi. Sugeng pun menganggap Ki Manteb merupakan dalang dari luar kampus yang memahami konsep pakeliran padat yang dicetuskan kalangan akademisi di ASKI yang sekarang menjadi ISI Solo.
"Beliau sudah sangat paham dengan pakeliran padat yang dulu dicetuskan Pak Gendhon Humardani tahun 1980-an. Ki Manteb adalah satu-satunya dalang nonakademis yang paham pakeliran padat. Saya anggap satu-satunya," ujarnya.
Karena pengetahuan dan kepiawaiannya itu, ISI Solo juga mengangkatkan sebagai empu paripurna di bidang pedalangan. Selain itu Ki Manteb Sudharsono menjadi anggota Dewan Empu dan diminta menjadi dosen luar biasa untuk mengajar mata kuliah Praktik Pakeliran Gaya Baku.