Alert! Sleman Alami Lonjakan Kasus Kematian Corona

Alert! Sleman Alami Lonjakan Kasus Kematian Corona

Jauh Hari Wawan S. - detikNews
Rabu, 30 Jun 2021 13:12 WIB
Ilustrasi Tenaga Medis COVID-19
Nakes Corona. (Foto: Ilustrasi: Luthfy Syahban)
Sleman - Kasus kematian pasien positif virus Corona atau COVID-19 di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melonjak. Berikut ini rincian datanya

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Joko Hastaryo menyampaikan kasus aktif Corona di Sleman hingga tanggal 29 Juni 2021 mencapai 6.254. Dia menyebut di bulan Juni ini merupakan rekor tertinggi penambahan kasus di Sleman.

"Sampai tanggal 29 Juni kasus positif sudah menembus 6.254 kasus. Kami juga prediksi pada 30 Juni ini masih akan banyak penambahan karena banyak sampel PCR yang belum keluar. Untuk bulan Juni ini memang pecah rekor," kata Joko saat jumpa pers secara daring, Rabu (30/6/2021).

Selain penambahan kasus positif, ternyata kasus kematian pasien positif Corona juga meningkat. Per tanggal 29 Juni sudah ada 145 kasus kematian.

"Kasus meninggal dunia hingga 29 Juni tercatat 145 kasus, jadi sangat tinggi," ungkapnya.

Joko menyebut, kasus pasien yang meninggal ini hampir 2 kali lipat dari dari bulan Januari. Jumlah ini disebutnya masih mungkin akan bertambah.

"Januari yang meninggal ada 87 kasus, Februari 90 kasus, Mei 92, dan di luar dugaan di bulan Juni ini sampai kemarin sudah 145. Hampir 2 kali lipat Januari. Kemungkinan hari ini masih akan bertambah," sebutnya.

Kasus kematian, kata Joko, juga terjadi pada pasien yang menjalani isolasi mandiri. Penyebabnya, antrean pasien COVID-19 di rumah sakit sudah sangat penuh.

Tak hanya itu, saat ini kondisi pasien COVID-19 di Sleman juga disebut banyak yang mengalami kondisi kritis secara tiba-tiba. Joko mencurigai dengan kondisi seperti ini virus Corona varian baru telah ada di Sleman walaupun secara ilmiah belum ada bukti.

"Yang pernah saya sampaikan tapi sampai saat ini belum ada buktinya adalah kalau dari tanpa gejala dan tahu-tahu gejala berat, dan itu banyak terjadi sekarang. Itu memang agak berisiko untuk terjadinya penanganan COVID-19 yang terlambat," jelasnya.

"Jadi tanpa gejala kemudian melompat ke gejala berat itu ada dengan adanya varian baru. Varian baru itu kalau menurut saya asal gejalanya seperti itu kita anggap karena varian baru," sambungnya.

Dengan menganggap virus corona varian baru itu telah ada, bukan berarti dinas menakut-nakuti. Ia ingin agar masyarakat lebih waspada dengan pola penularan virus yang semakin cepat.

"Kalau melihat gejala, saat ini penularan sangat cepat sehingga harusnya kita kondisikan bagaimana masyarakat memahami kemungkinan terjadinya varian baru terutama pada masalah epidemiologi yaitu penularannya," urainya.

"Tapi tidak hanya epidemiologinya, klinisnya juga harus diwaspadai, karena melompat dari gejala ringan atau tanpa gejala langsung ke gejala berat. Nah ketika ke gejala berat menuju kritis itu sangat cepat biasanya," pungkasnya. (sip/mbr)

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads