Bed occupancy rate (BOR) rumah sakit rujukan COVID-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencapai 91,05 persen. Berikut ini rinciannya.
Kepala Bagian Humas Pemda DIY Ditya Nanaryo Aji menjelaskan, pada Senin (28/6) BOR RS rujukan COVID-19 di DIY tercatat 91,05 persen dari total 1.275 bed.
"BOR 91,05 persen dari 1.275 bed," kata Ditya dalam keterangan tertulis kepada wartawan, Senin (28/6/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemudian untuk BOR isolasi 94,1 persen dari 1.145 bed, dan BOR ICU 69,3 persen dari 140 bed," jelasnya.
Kondisi lonjakan kasus COVID-19 atau virus Corona di DIY yang membuat BOR meningkat tersebut, memaksa beberapa rumah sakit rujukan COVID-19 memilih untuk buka tutup layanan.
"Situasinya sangat fluktuatif. Terjadi peningkatan yang sangat tinggi baik di Poliklinik maupun IGD yang berkaitan gejala (COVID-19). Kapasitas 8 di IGD ada 12 atau 13 pasien. Kita lakukan pengaturan. Istilahnya buka tutup," kata Direktur RS Panti Rapih Yogyakarta, Vicentius Triputro Nugroho, saat jumpa pers virtual, hari ini.
Ia mengungkapkan, saat terjadi peningkatan, pihaknya tetap komitmen untuk melayani. Bentuknya dengan menutup sementara IGD maupun ruang isolasi.
"Kondisinya fluktuatif. Beberapa rumah sakit, juga mengalami hal yang sama. Kondisinya sangat berkembang dalam waktu cepat," katanya.
Di kesempatan yang sama, Direktur RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Muhammad Komarudin mengakui, kondisi di IGD PKU sempat tutup dua hari yakni Jumat (26/5) dan Sabtu (27/6). Kini, PKU menambah ruang IGD COVID-19 sekitar 12 bed.
"Sempat menutup dua hari IGD Jumat dan Sabtu. Minggu pagi sudah bisa buka setelah kami pindahkan ruang vaksinasi ke luar rumah sakit menggunakan tenda. Yang mengkhawatirkan adalah nakes. Ada 12 persen perawat, dan sudah tujuh dokter di IGD yang positif," jelas Komarudin.
Ia mengatakan, untuk ruangan sebenarnya bisa ditambah. Hanya saja ada kekurangan SDM.
"Itu yang mengkhawatirkan membuat perawatan pasien. Dari data kami 2020 yang meninggal ada 8 orang. 2021 ini sampai 206 pasien yang meninggal. Rata-rata tiap hari ada dua sampai tiga yang meninggal. Antara yang sembuh dengan yang meninggal tidak terpaut jauh," imbuh Umar, sapaan karibnya.
Sementara itu, Direktur Utama RSUP Dr Sardjito, Rukmono Siswishanto yang turut dalam jumpa pers virtual ini menyebutkan, pendirian tenda di RSUP Dr Sardjito untuk mengantisipasi ketika pasien Corona harus menunggu karena berbagai hal.
"Tenda ini belum kami gunakan. Tapi, kami standby-kan dulu. Karena secara kapasitas seluruh bed COVID-19 ada 303 dengan BOR 65 persen," kata Rukmono.
Ia menambahkan, dengan kapasitas tersebut, memang ada kendala teknis. Sebab, dari 303 bed itu, saat puncak Januari dulu hanya terpakai 10 persen. Kemudian, oleh manajemen dialihfungsikan untuk pasien non-COVID-19.
"Jadi kami perlu memindahkan pasien non-COVID-19 ini, agar bisa menampung. Saat ini untuk BOR Sardjito 27 bed ICU sudah 85 persen. Ini yang membuat kami deg-degan jika ada pasien baru ke ICU. Tentu, prioritas adalah pasien dari ruang perawatan yang kondisinya memburuk (masuk ICU)," katanya.