Usai menyatakan urung memberlakukan lockdown untuk Yogyakarta, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan pidato dalam format acara sapa aruh. Sultan meminta masyarakat untuk kembali tertib mengantisipasi penularan COVID-19. Sebab, jika masyarakat abai sekuat dan sebaik apapun aturan hanya seperti daun kering.
"Tak dapat dipungkiri, masyarakatlah yang menjadi subjek pencegahan meluasnya pandemi. Sebaik dan sekuat apapun regulasi hanya akan menjadi aji godhong aking, tak berarti bagai daun kering, jika diabaikan dan tidak dilaksanakan dengan sepenuh hati," kata Sultan saat Sapa Aruh di Bangsal Kepatihan, Kompleks Kantor Gubernur DIY, Selasa (22/6).
Ia mengatakan, masyarakat harus sadar bahwa kelengahan yang selama ini menjadi penyebab lonjakan Corona tak terkendali. Ia pun mengajak semua pihak agar bersama-sama berada di rumah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita harus lila legawa, dengan menyadari, sedikit kelengahan bisa memperparah dampak pageblug (pandemi) ini," katanya.
"Stay at home, tetap tinggal di rumah, menjadi pilihan terbaik saat ini," jelasnya.
Angka rill lebih tinggi
Wakil Ketua DPRD DIY Huda Tri Yudiana menyoroti kasus Corona di Yogyakarta yang berada di atas angka rata-rata nasional. Angka kematian akibat Corona di Yogyakarta juga terus meningkat.
"Saya yakin sebenarnya kasus yang terjadi di lapangan lebih tinggi dari pada kasus yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan (DIY)," ujarnya kepada wartawan di gedung DPRD DIY, Yogyakarta, Selasa (22/6).
Dia menegaskan Pemda DIY saat ini memang tidak memiliki anggaran. Jika Yogyakarta harus lockdown atau karantina wilayah, Pemda DIY harus meminta bantuan dari pemerintah pusat. Seperti yang terjadi pada saat awal pandemi Corona lalu.
"Untuk pemulihan ekonomi dan untuk mempertahankan ekonomi berjalannya itu, APBD kita sudah terkuras," kata Huda.
Simak video 'Yogya Tak Lockdown, Sultan Minta Seluruh Kab/Kota Terapkan PPKM Ketat':