Acara lamaran yang berlangsung di Desa Lungge, Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, ini berbeda jika dibandingkan dengan umumnya. Prosesi lamaran terpaksa digelar secara virtual karena calon mempelai perempuan terpapar virus Corona atau COVID-19.
Dwi Febrian Windiharja (25), pria asal Jember, Jawa Timur, akan mempersunting perempuan pujaan hatinya, Iit Wakhida (26), asal Desa Lungge. Rangkaian acara diawali dengan lamaran yang berlangsung Kamis (17/6) hari ini.
Namun, sehari menjelang hari H prosesi lamaran, calon mempelai perempuan dinyatakan positif Corona. Padahal seluruh persiapan telah dilakukan, termasuk kedua orang tua Febri, Sudarto Siswodiharjo dan Wiwin Retnawati, yang telah sampai di Yogya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Layaknya prosesi lamaran, mereka saat datang juga membawa barang-barang untuk lamaran. Termasuk pula membawa cincin untuk tunangan. Sehingga lamaran tetap dilangsungkan hanya saja secara virtual.
Keluarga dari Jember tidak bisa bertemu langsung dengan calon mempelai perempuan melainkan hanya melihat video langsung dari layar yang sudah terpasang di Balai Desa Lungge. Demikian sebaliknya, Iit juga hanya melihat calon mempelai laki-laki dan calon mertuanya dari ponselnya.
Rombongan dari Jember yang datang adalah calon mempelai laki-laki, kedua orang tua dan dua saudaranya. Kedatangannya disambut langsung Camat Temanggung, Shofwan Syafii, perangkat desa dan perwakilan keluarga mempelai perempuan.
Saat prosesi lamaran, Febri duduk di kursi sambil terus menghidupkan ponsel di depannya. Kemudian, di depan ada layar yang memperlihatkan calon mempelai perempuan. Saat prosesi tukar cincin, Iit hanya melihat dari layar.
"Perasaan saya sangat-sangat tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata sebenarnya. Saya sangat bersyukur, alhamdulillah, walaupun dengan ujian yang diberi oleh Allah kepada saya, saya masih bisa dimampukan untuk menjalankan prosesi tunangan ini untuk melamar calon saya," tutur Febri usai prosesi lamaran di Balai Desa Lungge, Kamis (17/6/2021).
![]() |
Proses lamaran secara virtual tersebut, kata dia, di luar dugaan sebelumnya. Lamaran ini akan menjadi kenangan dan keberkahan baginya.
"Ini di luar dugaan saya bersama keluarga karena memang H-1, calon saya tiba-tiba minta izin untuk swab ternyata hasilnya positif (Corona). Di satu kondisi bapak juga ibu sudah ada di Yogya untuk persiapan berangkat, tapi memang niat kita baik, niat kita lillahi ta'ala dengan memberangkatkan keadaan apapun hingga sampai sekarang," ujarnya.
"Di luar dugaan juga bisa disambut dengan hangat bapak camat, bapak kepala desa bahkan ditempatkan di sini (balai desa) suatu hikmah bagi kita sekeluarga dan juga pasti ada banyak keberkahan," tutur Febri yang menyebutkan pernikahan akan dilangsungkan bulan Agustus, itu.
Selengkapnya di halaman selanjutnya...
Ia menuturkan, prosesi lamaran secara virtual ini akan menjadi kenangan yang tidak dilupakan.
"Insyaallah ini menjadi kenangan yang nggak pernah terlupakan karena ini memang benar-benar suatu hal yang nggak terduga karena sekali seumur hidup saya, insyaallah. Kenangan yang nggak pernah terlupakan," kata dia.
Lelaki yang bekerja di salah satu perusahaan di Malang tersebut menceritakan, kali pertama mengenal calonnya dari media taaruf. Dari perkenalan di bulan Mei hingga diizinkan untuk berkomunikasi dengan kedua orang tuanya.
"Kenal pertama di media taaruf. Jadi saya berkenalan, secara singkat bertukar profil, kemudian diizinkan untuk bisa berkomunikasi dengan Iit. Iit mempersilakan saya berkomunikasi dengan kedua orang tuanya hingga sampai sekarang ini," tuturnya.
Sementara itu, Camat Temanggung, Shofwan Syafii, mengatakan bahwa pihaknya menerima kabar akan ada lamaran pasangan dari Jember dan Desa Lungge. Kemudian dia memperoleh informasi calon mempelai perempuan positif Corona dan acara tidak bisa ditunda.
"Kami mengadakan koordinasi cepat pemerintah Desa Lungge, intinya ini sudah dijadwalkan, sudah direncanakan sejak awal maka tidak bisa ditunda. Kami mengambil terobosan ini tetap diadakan untuk diadakan lamaran secara virtual," kata Shofwan Syafii.
Menurutnya, meski digelar secara virtual namun tak mengurangi nilai lamaran pasangan tersebut. "Yang jelas tidak mengurangi substansi dari acara ini, semuanya bisa berjalan lancar dan akhirnya juga terlaksana baik," kata dia.
"Ini sebuah edukasi, sebuah pencerahan yang barangkali nanti ada hal seperti ini harapannya tidak ada, tapi kalau misalnya ada salah satu ini terkena COVID-19 tentunya ini bisa menjadi role model. Jadi bisa diaplikasikan di lain tempat, lain daerah sehingga kegiatan sudah direncanakan ini tetap bisa terlaksana tanpa mengurangi hakikat maupun substansinya," terang Shofwan.