Angka kematian kasus virus Corona atau COVID-19 di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah mengalami lonjakan hingga membuat petugas kewalahan. Kini relawan pun dikerahkan untuk membantu proses pemakaman jenazah COVID-19.
"Untuk mengatasi itu (ketika ada lonjakan kematian) tadi kita sudah mengundang relawan dari Polres, NU, Muhammadiyah yang nanti akan ikut membantu pemakaman relawan, seandainya misalnya satu jam sudah ada tiga jenazah yang ready akan langsung dimakamkan," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kudus, Budi Waluyo saat dihubungi detikcom lewat telepon, Kamis (3/6/2021).
Budi mengatakan saat ini sudah ada empat tim pemakaman yang terdiri dari relawan BPBD Kudus, Polres, NU, dan Muhammadiyah. Dia menerangkan dalam satu tim terdapat 10 anggota. Para relawan ini akan membantu pemakaman jenazah yang dimakamkan secara protokol kesehatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tadi sudah kita sepakati satu tim ada sebanyak 10 orang," kata Budi.
Dia menyebut terjadinya antrean pemakaman karena keterbatasan jumlah petugas pemakaman. Apalagi satu pemakaman jenazah COVID-19 membutuhkan waktu hingga berjam-jam.
"Kan kita tim Cekathil dengan anggota 20 orang (secara bergantian), satu pemakaman itu membutuhkan satu jam. Terus saat makamkan sampai belasan itu mungkin agak lama, dan itu pun tidak semuanya. Terkadang gini pemakaman ready tapi pemulasaraan belum siap. Kita juga mengkondisikan rumah sakit yang lain yang sudah ready," jelasnya.
Terpisah, Bupati Kudus HM Hartopo mengatakan terjadi antrean jenazah pasien COVID-19. Terlebih, Kudus sempat mencatat rekor angka kematian terbanyak yakni 32 kematian pada Selasa (1/6) kemarin.
"Antrean jenazah, untuk pemulasaraan tidak ada permasalahan. Untuk tim Cekathil, karena kemarin over kapasitas karena ada 32 kematian baru itu kemarin, mungkin tidak pernah menangani sebanyak itu. Ke depan saya kira tidak pernah kejadian seperti itu lagi," ucapnya.
Diberitakan sebelumnya, terjadinya lonjakan angka kematian di Kudus yang mencapai 32 kematian dalam sehari. Akibatnya terjadinya antrean pemakaman jenazah di RSUD Kudus.
"Ini dua hari lho, kita sudah waiting list pagi itu sudah delapan, ini (siang) sudah 12 jenazah. Ini kan repot. Ini (Rabu siang) sudah waiting list belum sampai siang," kata tim pemulasaraan jenazah RSUD dr Loekmonohadi Kudus, Syaiful Anas kepada wartawan di RSUD Kudus,Rabu (2/6).
Anas mengatakan sejumlah faktor terjadinya penumpukan jenazah karena proses pemakaman hanya dilakukan dari tim pemakaman dari Kabupaten Kudus.
Dia mengaku kewalahan melakukan pemakaman jenazah terkena Corona. Apalagi di desa-desa belum dibentuk satgas pemakaman. Anas mengatakan banyak di-prank oleh pihak desa-desa yang ternyata setiba di lokasi mereka justru tidak siap.
"Sampai kemarin kita makamkan ada di Desa Sadang sampai di sana ternyata tidak siap. Tadi malam kita banyak di-prank banyak desa siap satgas pemakamannya, tapi ternyata sampai sana tidak. Ya mereka karena takut, padahal sebelumnya sudah ada pelatihan seperti itu. Itu yang repot. Nah ada yang meninggal dunia saat isolasi mandiri pun tidak berani, kita yang harus turun tangan," ucapnya.
"Kita kewalahan, ngurus RSU, Mardi Rahayu, RSI kita kewalahan. Padahal setahun lalu sudah ada pelatihan, kenapa tidak dijalankan," sambung Anas.
Lihat Video: Kasus Corona Kudus Melejit, Ada Sebaran Mutasi Baru?